Bus Luragung (Sumber Google) |
Liburan Imlek tahun ini saya agenda kan untuk bersilaturahmi ke rumah mbak Dedeh Handayani
di daerah Kuningan Jawa Barat. Sebelum berangkat saya sudah bertanya
terlebih dahulu ke mbak Dedeh untuk transportasi menuju Kuningan. Mbak
Dedeh menyarankan naik bus Luragung karena bus tersebut sangat
cepat dan mbak Dedeh memberikan beberapa alternatif
jadwal keberangkatan bus Luragung, setelah saya
menimbang akhirnya saya putuskan untuk naik bus Patas AC Luragung Jaya
Termuda dari terminal Depok karena hanya dari Depok dan Bogor saja
yang tersedia bus AC sedangkan dari terminal lainnya adanya hanya bus
ekonomi.
Jam 19.00 WIB bis AC berangkat dari terminal Depok, begitu yang tertulis
di jadwal keberangkatan yang dikirim mbak Dedeh via Whatsapp. Saya
berencana jam 16.00 berangkat menuju terminal Depok
agar
bisa mendapatkan tiket dan ternyata disaat saya akan berangkat cuaca
yang tadinya sangat panas seketika berubah 180 derajat, langit menjadi
hitam pekat disertai dengan kilat yang menggelegar dan tak lama kemudian
hujan turun.
Bus Luragung Patas AC (Sumber Google) |
Mbak Dedeh berinisiatif menelpon Luragung Depok untuk memesan satu tiket
dan ternyata bus AC akan berangkat jam 17.00 WIB tidak sesuai dengan
jadwal karena penumpang sudah penuh dan saya ditawarkan naik yang
ekonomi. Saya akhirnya menolak karena kondisi masih hujan, kalaupun
harus naik ekonomi saya memutuskan untuk pergi besok pagi dengan bus
Luragung paling pagi jam 05.00 WIB dari terminal Pasar Minggu.
Jadwal Keberangkatan Bus Luragung Terminal Depok (Sumber WhatsApp Mba Dedeh) |
Jam 04.00 WIB saya memesan Gojek dan orderan
berkali-kali saya cancel karena tak kunjung mendapatkan driver,
disaat saya hendak memesan kembali, driver Gojek menghubungi saya. Saya
bilang kalau yang saya pesan barusan sudah saya cancel tapi driver
bilang orderan saya masuk. Okelah mungkin saya yang salah dan driver pun
datang, sang driver bilang kalau ternyata memang pesanan saya sudah
dicancel. Karena waktu sudah mepet, driver menawarkan biaya reguler
sebesar 25k (salut dengan driver Gojek yang tetap jujur walaupun
sebenarnya bisa mengambil kesempatan untuk menaikan
tarif) , saya setuju dan langsung menuju
terminal Pasar
Minggu .
Tepat jam 04.35 WIB saya tiba di terminal Pasar Minggu yang sangat ramai
karena berdekatan dengan pasar yang selalu buka di dini hari. Saya
masuk ke terminal dan menanyakan bus
Luragung dan ternyata bus Luragung
sudah jalan 5 menit yang lalu. Lagi-lagi saya dikecewakan oleh bus
Luragung karena keberangkatannya tidak sesuai dengan jadwal (rasanya
lebih nyesak daripada dikecewakan seseorang :p) . Berhubung bus Luragung
hanya satu kali keberangkatan dari terminal Pasar Minggu, saya
langsung menuju terminal Kampung Rambutan. Semoga masih bisa
naik bus yang pertama.
Sesampainya di terminal Kampung Rambutan, saya segera menunaikan ibadah
sholat Subuh. Sambil memakai sandal gunung saya menanyakan jadwal bus
Luragung ke penjaga Musholla, kata beliau yang kebetulan orang Kuningan
bilang kalau yang pertama sudah berangkat dari jam 05.00 sedangkan bus
yang kedua sebentar lagi lewat dan ternyata memang benar tidak lama saya
menunggu bus Putra Luragung lewat. Saya memilih tempat duduk di depan
dekat pintu agar lebih mudah bertanya ke supir ataupun kondektur karena
ini pengalaman pertama saya sendirian ke Kuningan menggunakan bus.
Bus Putra Luragung (Sumber Google) |
Berdasarkan cerita dari teman-teman dan membaca dari beberapa blog kalau
bus Luragung itu super cepat dan terkenal ngebut dan suka ngeblong.
Deg-degan juga sih, apa iya sampai segitunya. Dari terminal sampai Pasar
Rebo, laju bus masih normal mungkin karena sambil mencari penumpang.
Setelah memasuki tol yang pada pagi hari itu sangat lancar, laju bus pun
sedikit demi sedikit mulai kencang. Saya sampai menghitung berapa bus
antar kota yang berhasil dilewati Luragung. Terkadang zigzag, terkadang
melaju lurus dan kecepatan yang tidak dikurangin benar-benar bikin sport
jantung, sampai saya berpikir kalau supir bus Luragung cocok juga
menjadi pembalap.
Bus ternyata tidak masuk tol Cipali dan lewat Pantura, sempat kecewa
karena pasti lebih lama sampainya. Alhamdulillah jalur Pantura ternyata
lancar dan bus tetap melaju dengan cepat walaupun tidak secepat di tol
dan saya suka karena bus Luragung tidak ngetem. Ketika memasuki wilayah
Indramayu, ada bus yang mengoper penumpangnya ke bus kami dan
penumpangnya itu sangat banyak membuat bus kami menjadi overload. Bisa
dibayangkan bagaimana sesaknya dan panasnya kondisi di dalam seperti
ikan pindang di dalam panci. Sudah penuh, panas belum lagi asap rokok
yang mengepul dari orang-orang yang egois. Beginilah suasana bus
ekonomi.
Masuk wilayah Cirebon, penumpang sudah banyak yang turun sehingga bisa
bernafas dengan lega. Laju bus masih tetap sama hingga sampai desa
Panawuan, saya merasakan ada yang tidak beres dengan kondisi bus
Luragung. Bus mulai melaju sangat lambat sesekali terkadang berhenti,
supir meminta kondektur untuk mengecek tangki solar dan solar masih
banyak. Pak Supir mencoba menjalankan bus dan kemudian bus pun berhenti
kembali. Kondektur memeriksa mesin bus dan entah apa yang dilakukannya,
yang saya lihat kondektur sedang mengutak atik mesin (anak kecil juga
tahu ya hehe).
Bus Luragung yang tadinya gagah melaju dari Jakarta dengan
kencang bak mobil pembalap yang berusaha untuk menikung mobil balap
lainnya dan bisa jadi akan menjadi juara
ternyata pada akhirnya harus menyerah
pada dirinya sendiri alias mogok sebelum garis finish yang hanya
berjarak beberapa meter dari pandangan mata.
Dan kami sebagai penonton alias penumpang hanya bisa pasrah berpindah ke bus lainnya untuk mencapai garis finish.