Kamis, 11 Desember 2014

My Dream Comes True - Part 3 (END)




Sampai di tenda kami langsung masak untuk makan siang, setelah makan kami lanjutkan dengan bongkar tenda dan repacking perlengkapan kami. Tepat Jam 13.00 kami turun dari Savana 1 menuju basecamp. Sebelumnya kami berdo’a terlebih dahulu, agar perjalanan turun lancar dan aman. Sesampainya di track yang ekstrim di Savana 1 bayangan kali ini yang salah jalur adalah Mega dan bang Arya. Mereka melewati track yang lebih ekstrim, sedangkan mba Asih tidak mau mengulangi kejadian yang sama dan lebih memilih track yang agak lebih aman dan setia mengikuti dibelakang bang Dede hehe. Tetap aja sudah memilih track yang aman tapi ini adalah pertama kalinya mba Asih jatuh di track, biasanya selalu saya duluan yang jatuh tapi kali ini tidak di Merbabu.

Sampai di Pos 3 hujan mulai turun rintik-rintik, dan bang Dede menginstruksikan kepada kami untuk memakai raincoat. Saya pikir hujannya sama seperti pada saat naik, hanya sebentar, ternyata hujan tidak berhenti dan semakin deras. Perjalanan turun yang harusnya bisa lebih cepat daripada naik, menjadi lebih lambat karena track yang licin sehingga membuat kami harus berjalan perlahan-lahan.

Entah karena saya yang fokus dengan track yang licin dan berjalan lambat atau memang mereka yang berjalan cepat, karena pas menuju pos 2 saya sudah tidak melihat Gita, bang Umam, Mas Bambang dan Mas Faqih. Saya bersama Mba Asih dan bang Dede sedangkan Mega, Dicky dan bang Arya ada di depan kami. Nchink, A’Iwan, bang Ase dan bang Dziyau mereka masih di belakang kami.

Akhirnya, record saya yang selalu terjatuh pada saat turun di setiap pendakian pun terjadi juga di Merbabu. Bang Dede menolong saya, dan kemudian bang Dede bergantian menjaga saya dan mba Asih karena sudah tidak ada lagi yang lain. Di Pos 2 bayangan, Mega, Dicky dan bang Arya menunggu kami. Selanjutnya dengan kondisi hujan yang tidak juga berhenti, kami tetap melanjutkan perjalanan. Menuju pos 1 kembali saya terjatuh. Ya kalau dihitung ada tiga kali saya jatuh di track Merbabu. Sepertinya mbah Merbabu tidak rela kalau saya tidak jatuh di tracknya hehe.


Perjalanan menuju Pos 1, Mega, Dicky dan bang Arya sudah tidak terlihat, hanya tinggal kami bertiga. Bang Dede bergantian menjaga kami. Kami bertiga entah kenapa menjadi diam membisu, tak ada satu pun pembicaraan diantara kami. Intinya diam dalam hujan hehe.

Hujan turun, air berlimpah tapi yang saya rasakan adalah dehidrasi dan lapar. Di tas sudah tidak ada makanan sama sekali hanya tinggal satu batang coklat. Di saat kami masih terdiam dalam hujan, muncul bang Dziyau dari belakang, ternyata bang Dziyau bisa menyusul kami. Kami berempat berjalan bersamaan. Bang Dede pun akhirnya bisa ngobrol dengan bang Dziyau hehe.

Setiap saya bilang “Istirahat dong bang”, bang Dede jawabnya “nanti di Pos 1 ya nanggung nih”. Oke lah. Sampai di Pos 1 bang Dede dan bang Dziyau berhenti, tapi saya dan mba Asih malah tetap melaju melanjutkan perjalanan hehe. Mungkin bang Dede dalam hati bilang “tadi minta istirahat pas udah nyampe Pos 1 malah ngucluk aja”.

Baru kali ini saya merasa kesal, kesal karena merasa fisik sudah tidak kuat dan perjalanan seperti sangat lambat, tapi saya buru-buru istighfar. Dalam kondisi seperti itu, ternyata saya baru menyadari mba Asih sudah tidak ada lagi di depan saya, sedangkan bang Dede dan bang Dziyau mereka masih di Pos 1. Allahu Akbar, rasa khawatir mulai merasuki pikiran saya. Kondisi hujan dan sore membuat saya semakin mempercepat langkah untuk mengejar mba Asih karena kalau harus menunggu bang Dede dan bang Dziyau tidak mungkin, karena saya tidak berani sendirian duduk di track dalam kondisi hujan. Alhamdulillah akhirnya saya melihat mba Asih yang sedang menunggu. Kami pun menunggu bang Dede dan bang Dziyau. “Aku lapar wie, perutku krucuk-krucuk” kata mba Asih. “Aku masih ada coklat mba” jawabku sambil mengeluarkan coklat, kemudian coklat dibagi dua, lumayanlah sebagai pengganjal rasa lapar.

Bang Dede dan bang Dziyau datang menyusul kami, perjalanan pun dilanjutkan kembali. Entah mungkin karena fisikku yang mulai drop sepertinya langkahku semakin melambat dan tidak bisa mengejar mba Asih. Akhirnya bang Dede pun sepertinya memutuskan untuk menyusul dan menemani mba Asih, sedangkan saya jalan dengan bang Dziyau. Bedanya kali ini bang Dziyau membuka obrolan, jadi sepanjang perjalanan kami selalu ngobrol dan tidak ada diam dalam hujan hehe.

Setelah mendekati wilayah yang ada tulisan “Wilayah Konservasi” hati mulai lega dan berucap Alhamdulillah sebentar lagi sampai. Dan dibelakang sudah muncul Nchink, A’Iwan dan bang Ase. Wah ternyata memang saya yang berjalan sangat lambat kali ini. Kami pun segera bergegas menuju gerbang Merbabu dan melaju menuju basecamp Pak Parman. Jam 16.30 kami sampai di basecamp dan di sana teman-teman yang sudah sampai duluan sudah enak bersantai sambil ngopi dan tertawa menyambut kami.

Saya bergegas membongkar isi tas saya dan merapikannya dan segera membersihkan diri. Setelah beres semua, saya bergabung dengan teman-teman yang lain. Malam ini diputuskan kalau kami akan menginap di basecamp dan besok pagi jam 9 baru berangkat menuju Yogyakarta. Malam itu masih ditemani hujan kami mengobrol mengenang kembali moment-moment selama pendakian bahkan ada juga ledekannya. Berhubung pas turun kami tidak bareng, jadi setiap masing-masing memiliki cerita yang berbeda-beda dan diantara kami semua hanya bang Umam yang berjalan sendirian. Malam semakin larut kami pun bergegas untuk tidur.

Pagi Jam 5 saya sudah terbangun, setelah selesai sholat Subuh saya sudah tidak melihat mba Asih dan Gita. Udara pagi itu sangat segar sekali saya segera membereskan barang-barang saya yang ternyata masih basah dan bang Umam pun memberikan saran lebih baik dijemur dulu. Saya pun langsung menjemur tas, sepatu, jaket dan raincoat di halaman basecamp. Alhamdulillah cuaca bersahabat dan mentari memberikan sinarnya yang hangat.

Mba Asih dan Gita baru saja tiba, mereka ternyata berjalan pagi bersama Mas Bambang, sedangkan Nchink ngedate berdua sama A’Iwan, maklum pengantin baru hehe. Dan Merbabu kali ini adalah honeymoonnya mereka berdua, berhasil juga racunku hehe.

Sarapan kami pagi ini adalah Soto Ayam, dan bukan lagi telur dadar hehe. Selesai sarapan saya mengajak Nchink untuk berfoto di gerbang Merbabu. Saat kami berjalan, tiba-tiba ada yang memanggil nama saya “Mba Dwi” saya pun segera menengok dan mencari siapa yang memanggil, ternyata Muly sudah senyum di belakang. Akhirnya bisa ketemu juga dengan Muly, yang awal rencananya Muly mau bareng dengan kami, karena kehabisan tiket akhirnya dia ikut rombongan sepupunya. Kami pun berfoto-foto di Gerbang Merbabu. Setelah itu kami kembali ke basecamp.
With Muly
Alhamdulillah semua yang basah sudah kering kecuali sepatu masih lembab, kami pun repacking karena waktu sudah menunjukkan jam 8.30. Sebelum pulang saya sempat membeli oleh-oleh berupa emblem, gantungan kunci, pin dan sticker Merbabu. Tepat jam 9.00 kami meninggalkan basecamp Pak Parman. Mobil kami perlahan menjauh dari Gunung Merbabu. Saya tidak akan pernah mengucapkan “Selamat Tinggal” pada Merbabu karena suatu saat nanti saya akan kembali lagi.

Sampai di Yogyakarta kami di drop di Malioboro, sedangkan bang Ase, bang Dede dan bang Umam langsung ke Stasiun Lempuyangan untuk mencari tiket. Karena kami sudah punya tiket pulang, kami memilih berjalan-jalan di Malioboro dan singgah di rumah makan untuk mencicipi gudeg. Setelah selesai makan, kami berpisah dengan Gita karena Gita pulang ke Jakarta hari Senin dan dia akan menginap di kost temannya.


Kami pun mencari oleh-oleh, karena Mega, Dicky dan bang Arya masih mau kulineran, saya, Mba Asih, Nchink dan A’Iwan memilih mencari oleh-oleh di Pusat Oleh-oleh. Bang Dziyau bergabung dengan Mega karena bang Dziyau akan langsung menuju terminal. Dan kami berjanji akan bertemu langsung di Stasiun Lempuyangan.

Setelah puas berbelanja dengan kondisi lelah, kami memutuskan langsung ke Stasiun Lempuyangan sehingga bisa beristirahat di sana. Sesampai di Stasiun, kami berkumpul dengan bang Ase dkk dan Mega dkk.

Kami naik kereta Gaya Baru Malam yang akan berangkat jam 16.56 sedangkan bang Ase dapat tiket Jaka Tingkir dan berangkat jam 17.00. Jam 16.30 kami semua memasuki peron stasiun dan berpisah dengan bang Arya yang menunggu travel untuk membawanya kembali ke Semarang. Setelah menunggu, ternyata kereta kami delay selama 15 menit.

Kereta GBM pun tiba, setelah berpamitan dengan bang Ase, bang Dede dan bang Umam, kami segera naik ke dalam kereta dan mencari tempat duduk. Alhamdulillah pendakian kali ini berjalan dengan aman dan lancar serta mendapatkan saudara baru. Kereta pun berjalan meninggalkan Stasiun Lempuyangan  menuju Stasiun Senen dan ini artinya kami akan kembali ke dunia rutinitas kami.

Terima kasih buat Wisata Gunung (bang Ase dan bang Dede) yang sudah memfasilitasi sehingga saya khususnya dan teman-teman yang lain bisa menyapa Puncak Gunung Merbabu, dan tiga travelmateku Mba Asih, Nchink dan A’Iwan yang selalu menemaniku dalam setiap perjalanan,  serta teman-teman yang lain Gita, Mega, bang Arya, bang Umam, bang Dziyau, Dicky, mas Bambang dan Mas Faqih terima kasih atas kebersamaannya karena kalian luar biasa. Tak lupa untuk pak Jupri porter kami yang baik dan Pak Parman atas keramahannya. Sampai ketemu lagi di next trip.

THE END..

4 komentar:

  1. Atjieeeee...ternyata sempat 'kencan' berdua niiih gada yang tauu hihihihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu bukan kencan berdua euy.. tp karena faktor ditinggal... :D

      Hapus