Sampai di tenda kami langsung masak untuk
makan siang, setelah makan kami lanjutkan dengan bongkar tenda dan repacking perlengkapan kami. Tepat Jam
13.00 kami turun dari Savana 1 menuju basecamp. Sebelumnya kami berdo’a
terlebih dahulu, agar perjalanan turun lancar dan aman. Sesampainya di track
yang ekstrim di Savana 1 bayangan kali ini yang salah jalur adalah Mega dan
bang Arya. Mereka melewati track yang lebih ekstrim, sedangkan mba Asih tidak
mau mengulangi kejadian yang sama dan lebih memilih track yang agak lebih aman
dan setia mengikuti dibelakang bang Dede hehe. Tetap aja sudah memilih track
yang aman tapi ini adalah pertama kalinya mba Asih jatuh di track, biasanya
selalu saya duluan yang jatuh tapi kali ini tidak di Merbabu.
Sampai di Pos 3 hujan mulai turun
rintik-rintik, dan bang Dede menginstruksikan kepada kami untuk memakai raincoat. Saya pikir hujannya sama
seperti pada saat naik, hanya sebentar, ternyata hujan tidak berhenti dan
semakin deras. Perjalanan turun yang harusnya bisa lebih cepat daripada naik,
menjadi lebih lambat karena track yang licin sehingga membuat kami harus
berjalan perlahan-lahan.
Entah karena saya yang fokus dengan track yang
licin dan berjalan lambat atau memang mereka yang berjalan cepat, karena pas
menuju pos 2 saya sudah tidak melihat Gita, bang Umam, Mas Bambang dan Mas
Faqih. Saya bersama Mba Asih dan bang Dede sedangkan Mega, Dicky dan bang Arya
ada di depan kami. Nchink, A’Iwan, bang Ase dan bang Dziyau mereka masih di
belakang kami.
Akhirnya, record
saya yang selalu terjatuh pada saat turun di setiap pendakian pun terjadi juga
di Merbabu. Bang Dede menolong saya, dan kemudian bang Dede bergantian menjaga
saya dan mba Asih karena sudah tidak ada lagi yang lain. Di Pos 2 bayangan,
Mega, Dicky dan bang Arya menunggu kami. Selanjutnya dengan kondisi hujan yang
tidak juga berhenti, kami tetap melanjutkan perjalanan. Menuju pos 1 kembali
saya terjatuh. Ya kalau dihitung ada tiga kali saya jatuh di track Merbabu. Sepertinya
mbah Merbabu tidak rela kalau saya tidak jatuh di tracknya hehe.
Perjalanan menuju Pos 1, Mega, Dicky dan bang
Arya sudah tidak terlihat, hanya tinggal kami bertiga. Bang Dede bergantian
menjaga kami. Kami bertiga entah kenapa menjadi diam membisu, tak ada satu pun
pembicaraan diantara kami. Intinya diam dalam hujan hehe.
Hujan turun, air berlimpah tapi yang saya
rasakan adalah dehidrasi dan lapar.
Di tas sudah tidak ada makanan sama sekali hanya tinggal satu batang coklat. Di
saat kami masih terdiam dalam hujan, muncul bang Dziyau dari belakang, ternyata
bang Dziyau bisa menyusul kami. Kami berempat berjalan bersamaan. Bang Dede pun
akhirnya bisa ngobrol dengan bang Dziyau hehe.
Setiap saya bilang “Istirahat dong bang”, bang
Dede jawabnya “nanti di Pos 1 ya nanggung nih”. Oke lah. Sampai di Pos 1 bang
Dede dan bang Dziyau berhenti, tapi saya dan mba Asih malah tetap melaju
melanjutkan perjalanan hehe. Mungkin bang Dede dalam hati bilang “tadi minta
istirahat pas udah nyampe Pos 1 malah ngucluk
aja”.
Baru kali ini saya merasa kesal, kesal karena
merasa fisik sudah tidak kuat dan perjalanan seperti sangat lambat, tapi saya
buru-buru istighfar. Dalam kondisi seperti itu, ternyata saya baru menyadari
mba Asih sudah tidak ada lagi di depan saya, sedangkan bang Dede dan bang
Dziyau mereka masih di Pos 1. Allahu Akbar, rasa khawatir mulai merasuki
pikiran saya. Kondisi hujan dan sore membuat saya semakin mempercepat langkah
untuk mengejar mba Asih karena kalau harus menunggu bang Dede dan bang Dziyau tidak
mungkin, karena saya tidak berani sendirian duduk di track dalam kondisi hujan.
Alhamdulillah akhirnya saya melihat mba Asih yang sedang menunggu. Kami pun
menunggu bang Dede dan bang Dziyau. “Aku lapar wie, perutku krucuk-krucuk” kata mba Asih. “Aku masih
ada coklat mba” jawabku sambil mengeluarkan coklat, kemudian coklat dibagi dua,
lumayanlah sebagai pengganjal rasa lapar.
Bang Dede dan bang Dziyau datang menyusul
kami, perjalanan pun dilanjutkan kembali. Entah mungkin karena fisikku yang
mulai drop sepertinya langkahku semakin melambat dan tidak bisa mengejar mba
Asih. Akhirnya bang Dede pun sepertinya memutuskan untuk menyusul dan menemani
mba Asih, sedangkan saya jalan dengan bang Dziyau. Bedanya kali ini bang Dziyau
membuka obrolan, jadi sepanjang perjalanan kami selalu ngobrol dan tidak ada
diam dalam hujan hehe.
Setelah mendekati wilayah yang ada tulisan
“Wilayah Konservasi” hati mulai lega dan berucap Alhamdulillah sebentar lagi
sampai. Dan dibelakang sudah muncul Nchink, A’Iwan dan bang Ase. Wah ternyata
memang saya yang berjalan sangat lambat kali ini. Kami pun segera bergegas
menuju gerbang Merbabu dan melaju menuju basecamp Pak Parman. Jam 16.30 kami
sampai di basecamp dan di sana
teman-teman yang sudah sampai duluan sudah enak bersantai sambil ngopi dan
tertawa menyambut kami.
Saya bergegas membongkar isi tas saya dan
merapikannya dan segera membersihkan diri. Setelah beres semua, saya bergabung
dengan teman-teman yang lain. Malam ini diputuskan kalau kami akan menginap di
basecamp dan besok pagi jam 9 baru berangkat menuju Yogyakarta.
Malam itu masih ditemani hujan kami mengobrol mengenang kembali moment-moment selama pendakian bahkan
ada juga ledekannya. Berhubung pas turun kami tidak bareng, jadi setiap
masing-masing memiliki cerita yang berbeda-beda dan diantara kami semua hanya
bang Umam yang berjalan sendirian. Malam semakin larut kami pun bergegas untuk
tidur.
Pagi Jam 5 saya sudah terbangun, setelah
selesai sholat Subuh saya sudah tidak melihat mba Asih dan Gita. Udara pagi itu
sangat segar sekali saya segera membereskan barang-barang saya yang ternyata
masih basah dan bang Umam pun memberikan saran lebih baik dijemur dulu. Saya
pun langsung menjemur tas, sepatu, jaket dan raincoat di halaman basecamp. Alhamdulillah cuaca bersahabat dan
mentari memberikan sinarnya yang hangat.
Mba Asih dan Gita baru saja tiba, mereka
ternyata berjalan pagi bersama Mas Bambang, sedangkan Nchink ngedate berdua sama A’Iwan, maklum
pengantin baru hehe. Dan Merbabu kali ini adalah honeymoonnya mereka berdua, berhasil juga racunku hehe.
Sarapan kami pagi ini adalah Soto Ayam, dan
bukan lagi telur dadar hehe. Selesai sarapan saya mengajak Nchink untuk berfoto
di gerbang Merbabu. Saat kami berjalan, tiba-tiba ada yang memanggil nama saya
“Mba Dwi” saya pun segera menengok dan mencari siapa yang memanggil, ternyata
Muly sudah senyum di belakang. Akhirnya bisa ketemu juga dengan Muly, yang awal
rencananya Muly mau bareng dengan kami, karena kehabisan tiket akhirnya dia
ikut rombongan sepupunya. Kami pun berfoto-foto di Gerbang Merbabu. Setelah itu
kami kembali ke basecamp.
Alhamdulillah semua yang basah sudah kering
kecuali sepatu masih lembab, kami pun repacking
karena waktu sudah menunjukkan jam 8.30. Sebelum pulang saya sempat membeli
oleh-oleh berupa emblem, gantungan kunci, pin dan sticker Merbabu. Tepat jam 9.00 kami meninggalkan basecamp Pak
Parman. Mobil kami perlahan menjauh dari Gunung Merbabu. Saya tidak akan pernah
mengucapkan “Selamat Tinggal” pada Merbabu karena suatu saat nanti saya akan
kembali lagi.
Sampai di Yogyakarta kami di drop di
Malioboro, sedangkan bang Ase, bang Dede dan bang Umam langsung ke Stasiun
Lempuyangan untuk mencari tiket. Karena kami sudah punya tiket pulang, kami
memilih berjalan-jalan di Malioboro dan singgah di rumah makan untuk mencicipi
gudeg. Setelah selesai makan, kami berpisah dengan Gita karena Gita pulang ke Jakarta hari Senin dan dia
akan menginap di kost temannya.
Kami pun mencari oleh-oleh, karena Mega, Dicky
dan bang Arya masih mau kulineran, saya, Mba Asih, Nchink dan A’Iwan memilih
mencari oleh-oleh di Pusat Oleh-oleh. Bang Dziyau bergabung dengan Mega karena
bang Dziyau akan langsung menuju terminal. Dan kami berjanji akan bertemu
langsung di Stasiun Lempuyangan.
Setelah puas berbelanja dengan kondisi lelah,
kami memutuskan langsung ke Stasiun Lempuyangan sehingga bisa beristirahat di sana. Sesampai di Stasiun,
kami berkumpul dengan bang Ase dkk dan Mega dkk.
Kami naik kereta Gaya Baru Malam yang akan
berangkat jam 16.56 sedangkan bang Ase dapat tiket Jaka Tingkir dan berangkat
jam 17.00. Jam 16.30 kami semua memasuki peron stasiun dan berpisah dengan bang
Arya yang menunggu travel untuk membawanya kembali ke Semarang. Setelah menunggu, ternyata kereta
kami delay selama 15 menit.
Kereta GBM pun tiba, setelah berpamitan dengan
bang Ase, bang Dede dan bang Umam, kami segera naik ke dalam kereta dan mencari
tempat duduk. Alhamdulillah pendakian kali ini berjalan dengan aman dan lancar
serta mendapatkan saudara baru. Kereta pun berjalan meninggalkan Stasiun Lempuyangan menuju Stasiun Senen dan ini artinya kami
akan kembali ke dunia rutinitas kami.
Terima kasih buat Wisata Gunung (bang Ase dan
bang Dede) yang sudah memfasilitasi sehingga saya khususnya dan teman-teman
yang lain bisa menyapa Puncak Gunung Merbabu, dan tiga travelmateku Mba Asih, Nchink dan A’Iwan yang selalu menemaniku
dalam setiap perjalanan, serta
teman-teman yang lain Gita, Mega, bang Arya, bang Umam, bang Dziyau, Dicky, mas
Bambang dan Mas Faqih terima kasih atas kebersamaannya karena kalian luar
biasa. Tak lupa untuk pak Jupri porter kami yang baik dan Pak Parman atas
keramahannya. Sampai ketemu lagi di next
trip.
THE END..
THE END..
Perutku keroncongan pas turun
BalasHapuskan sudah diganjal coklat mb..
HapusAtjieeeee...ternyata sempat 'kencan' berdua niiih gada yang tauu hihihihihi
BalasHapusitu bukan kencan berdua euy.. tp karena faktor ditinggal... :D
Hapus