Padang Savana Merbabu
Setelah itu kami beristirahat. Waktu terus
berjalan, malam terus berputar, di luar tenda masih terdengar suara-suara orang
yang sedang mengobrol. Selain tenda kami memang ada empat tenda lainnya,
sebenarnya ingin rasanya keluar tenda dan melihat alam sekitar, apakah ada rising star atau tidak tapi rasa lelah
mengalahkan segalanya, yang membuat badan ini enggan sekali beranjak dari sleeping bag.
Entah jam berapa tiba-tiba mendengar suara
bang Umam “Ayo sudah jam 3 nih, siapa yang mau summit?” ucapnya sambil tertawa. Masih dengan kondisi antara tidur
dan tidak, saya melihat jam “Udah jam 3 tah” dan kulihat Gita masih tetap
tertidur pulas, hebat ini anak tidurnya bisa pulas hehe. Nchink terlihat merem
melek hehe. Saya mengabaikan suara bang Umam dan tetap memilih meringkuk di dalam sleeping bag walaupun mata sudah tidak bisa terpejam lagi. Setelah
berapa lama di luar tenda mba Asih memanggil “Wie, Dwi udah bangun belum, aku
masuk ya”. Antara percaya dan tidak percaya sambil bergumam “Tumben mba Asih
dingin-dingin keluar tenda, biasanya kan kalau udara dingin lebih suka di dalam
sleeping bag”, “Iya mba, aku udah
bangun, masuk aja” balasku. Mba Asih pun masuk ke dalam tenda. “Enaknya tenda
kalian hangat banget, di tendaku dingin banget” Ujar mba Asih begitu masuk ke
dalam tenda. “Iya mba, kita kan
pakai matras alumunium jadi hangat” Jawabku sambil tertawa diikutin Nchink yang
juga sudah terbangun.
Waktu Subuh tiba, kami pun menunaikan ibadah
Sholat Subuh. Setelah itu kami bersiap memasak untuk sarapan. Kata mba Asih
“Masak dulu Wie baru lihat sunrise”
“Ok mba” Jawabku. Di saat sedang mempersiapkan bahan-bahan makanan yang akan
dimasak, sang matahari mulai memperlihatkan keindahannya, hati ini mulai
tergoda untuk melihatnya. “Mba Asih maaf ya aku foto sunrisenya dulu baru nanti dilanjut lagi masaknya” Ujarku sambil
senyum dan berlalu. Saya seperti anak nakal yang lari dari tanggung jawabnya
hehe.
Sunrise Merbabu
Keindahan Merapi dari Merbabu
Saya pikir mba Asih akan mengikutiku ternyata
Mba Asih kali ini tidak tergoda oleh keindahan sunrise dan lebih memilih menemani Nchink dan bang Dede memasak. Oh
baiknya mba Asih (padahal pas udah pulang mba Asih baru nyesel karena ga foto sunrise hehe). Saya dan Gita langsung
bergabung dengan Mega, bang Umam dan bang Arya mengabadikan keindahan sunrise dengan background si Gagah Merapi. Tak henti-hentinya saya mengucapkan
Subhanallah atas keindahan ciptaanNya. Setelah puas berfoto, saya dan Gita pun
langsung membantu mba Asih, Nchink dan bang Dede memasak.
Mba Asih memasak nasi dan sayur asam, Nchink menghandle ikan asin, bang Dede dan Gita
menggoreng tempe,
tahu dan sosis, A’Iwan memasak air untuk membuat kopi dan saya sendiri kebagian
membuat roti tawar yang diolesin pasta coklat untuk mereka. Menu sarapan yang yummy sekali. Makanan sudah matang, kami
pun bersama-sama sarapan.
Aduh Chef.. masaknya jangan pakai sendal donk.. hahaha
Selesai sarapan kami pun bersiap untuk
melanjutkan tracking ke puncak. “Ok, sudah siap semuanya? Kalau sudah siap
semuanya mari kita berangkat” ucap bang Ase. Seperti biasa kami berdo’a
terlebih dahulu. Kami pun meninggalkan Pak Jupri yang akan menjaga tenda kami.
Sepanjang jalan hamparan savana begitu indah, jadi semakin cinta dengan Merbabu. Track yang landai mengantarkan kami
ke Savana 2, kami pun berfoto-foto sebentar di sana. Lalu kami melanjutkan kembali
perjalanan. Setelah melewati Savana 2 mulai terlihat pohon-pohon edelweis yang
ukurannya tinggi-tinggi, ada yang sampai 2-3 meter ukurannya. Sayang pada saat
itu edelweisnya banyak yang sudah kering dan ada juga yang tidak berbunga, tapi
Alhamdulillah saya menemukan satu tangkai edelweis yang masih segar. Kamera pun
langsung mengabadikan “Edelweis Merbabu”.
Si Cantik Edelweis Merbabu
Setelah melewati pohon-pohon Edelwies, saya
dan teman-teman tercengang melihat track menuju puncak. “Ini nih tracknya, wuih
gimana nanti turunnya nih”. Belum naik aja udah mikir turunnya hehe. Beneran
tracknya wow banget, kemiringannya bikin nafas habis (lebay dikit hehe). Alhamdulillah semalam kami mengambil keputusan
yang tepat untuk pergi pagi hari, coba kalau kami tetap summit jam 3 dini hari akan terasa lebih sulit terutama bagi saya
yang sangat tidak menyukai track malam. Dengan tekad yang kuat, langkah demi
langkah saya jalanin untuk bisa menyapa puncak impian saya. Untuk menghilangkan
lelah sesekali saya menjepretkan kamera kemanapun lensa berbicara (padahal niatnya
buat beristirahat hehe). Walaupun lelah tapi view yang disajikan benar-benar
sangat indah sehingga dapat menghibur. Saya sangat menyukai langit biru dan
kali ini Merbabu menyambut saya dengan langit birunya walaupun terkadang sang
kabut sesekali menutupinya.
Faqih "Ryan" D-Masiv KW (jaket biru) bersama anggota bandnya.. :p
Alhamdulillah track landai mulai terlihat,
kami pun beristirahat sejenak. Ternyata bonusnya cuma sebentar, track
selanjutnya sama dengan track yang tadi, kami pun memberi nama “Tanjakan PHP”.
Di tengah-tengah perjuangan saya melewati track PHP ini, saya melihat ada
seorang akhwat memakai rok membawa keril sangat lihai turun dengan cara
melompat dari satu pijakan ke pijakan yang lain bahkan terkadang sambil
berlari. Kagum melihatnya dan saat mulai dekat dengan saya, saya berpikir
seperti kenal dengan akhwat ini, dan ternyata dia adalah mba Ely. Saya pun
memanggil namanya dan mba Ely langsung berhenti dan kaget melihat saya. Kami
seperti saudara yang sudah lama terpisah, mba Ely pun berlari menuju saya
sambil berteriak memanggil nama saya dan kami pun langsung berpelukan.
Teman-teman saya dan para pendaki lain terbengong melihat kehebohan kami
hahaha. Kalau dipikir jadi seperti adegan sinetron (bahkan pas di Basecamp saat
kita sudah turun, bang Dziyau bilang ingin sekali ketemu teman atau orang yang
dia kenal di Gunung sambil heboh hahaha). Setelah berfoto kami berpisah, mba
Ely akan turun dan saya sendiri naik ke puncak.
Bertemu dengan akhwat tangguh Mba Ely :)
Bang Dziyau dan bang Arya berhasil melewati Tanjakan PHP
Dengan adanya intermezo sejenak, membuat semangat saya muncul kembali (padahal
mah karena istirahat yang lumayan lama), saya pun bisa melewati track PHP.
Puncak Kentheng Songo mulai terlihat, Dicky yang berjalan lebih dulu sudah
melambai-lambaikan tangannya dari Puncak Kentheng Songo. Jadi tambah semangat
untuk berlari tapi karena track yang sempit dan hanya dapat dilalui satu orang,
dengan sabar saya berjalan perlahan-lahan.
With my travelmate
Saat kaki menginjak Puncak Kentheng Songo, tak
ada lagi yang terucap selain Alhamdulillah, Subhanallah dan finally saya sampai di Puncak impian
saya “Puncak Merbabu 3.142 Mdpl”. 3 jam perjalanan yang harus ditempuh untuk
sampai ke Puncak Kentheng Songo. Bang Ase sebagai tour leader kami mengucapkan
selamat kepada kami satu persatu. Ya, kami memang sudah ada di Puncak sekarang.
Puncak Kentheng Songo
Merbabu sangat istimewa buat saya, karena
Merbabu adalah gunung pertama yang membuat saya terkesan dan yang membuat saya
menyukai kegiatan mendaki dan terlebih lagi pada saat saya sampai di puncak,
sahabat saya Yunissa berulang tahun. Saya sudah menyiapkan ucapan untuk
diabadikan di Puncak Kentheng Songo. Terima kasih Yunissa sudah menjadi sahabat
yang baik selama 11 tahun ini. Semoga persahabatan kita akan abadi sampai
akhirat nanti. Aamiin
Happy bday Yunissa
Selain itu pada hari sebelumnya teman naik
gunung saya dan Nchink yang namanya Hanif juga sedang melangsungkan
pernikahannya. Tadinya Hanif yang akan membawa kami berdua ke Merbabu, tetapi
karena waktu yang tidak pas akhirnya selalu tertunda. Kami hanya bisa
mengucapkannya di Puncak Kentheng Songo. Selamat ya Hanif dan Reni.
Dan lebih menyebalkan, saya tidak
memperhatikan KTP mba Asih sewaktu memesan tiket, ternyata tepat kami di
puncak, mba Asih berulang tahun dan kami mengetahuinya setelah sampai di rumah
masing-masing (di kereta pas pulang, kami ditraktir mba Asih tetep aja masih ga
nyadar). Maafkan saya ya my travelmate.
Khilaf banget.
Mba Asih yang merayakan sendiri ultahnya tanpa diketahui yang lain di Puncak Kentheng Songo (Photo By Mb Asih)
Kami semua menikmati lukisan alam yang tidak
bisa diungkapkan dengan kata-kata. Merbabu memang benar-benar indah walaupun
sang kabut tetap masih suka menggoda. Satu persatu kami mulai berfoto dengan watermark Kentheng Songo, kami habiskan
waktu di Kentheng Songo dengan berfoto-foto.
Wisata Gunung di Puncak Kentheng Songo (Photo by Mega)
Empat Sekawan.. :) (Photo by Mb Asih)
Setelah puas di Puncak Kentheng Songo, bang
Ase membawa kami ke Puncak Trianggulasi, jaraknya tidak terlalu jauh dari
Puncak Kentheng Songo. Di sana
kami makan snack dan mangga yang kami
bawa sambil menikmati keindahan Merbabu. Sayang dari ketiga puncak, kami tidak
ke Puncak Syarif karena waktu yang tidak cukup dan kami harus segera kembali ke
tenda. Seperti biasa di setiap pendakian selalu saja ada yang kurang yang
menandakan saya harus kembali lagi.
Setelah puas menikmati keindahan alam Merbabu,
bang Ase menginstruksikan kepada kami agar kami bergegas turun. Kami pun
langsung segera turun kembali ke tenda. Tepat di track PHP yang membuat nafas
kami tersengal pada saat kami naik, ternyata pas turun tidak sesulit apa yang
kami bayangkan, tapi tetap keseimbangan harus dijaga agar tidak terjatuh.
To be countinued..
To be countinued..
0 komentar:
Posting Komentar