Kamis, 11 Desember 2014

My Dream Comes True - Part 2




Padang Savana Merbabu

Setelah itu kami beristirahat. Waktu terus berjalan, malam terus berputar, di luar tenda masih terdengar suara-suara orang yang sedang mengobrol. Selain tenda kami memang ada empat tenda lainnya, sebenarnya ingin rasanya keluar tenda dan melihat alam sekitar, apakah ada rising star atau tidak tapi rasa lelah mengalahkan segalanya, yang membuat badan ini enggan sekali beranjak dari sleeping bag.

Entah jam berapa tiba-tiba mendengar suara bang Umam “Ayo sudah jam 3 nih, siapa yang mau summit?” ucapnya sambil tertawa. Masih dengan kondisi antara tidur dan tidak, saya melihat jam “Udah jam 3 tah” dan kulihat Gita masih tetap tertidur pulas, hebat ini anak tidurnya bisa pulas hehe. Nchink terlihat merem melek hehe. Saya mengabaikan suara bang Umam dan tetap memilih meringkuk di dalam sleeping bag walaupun mata sudah tidak bisa terpejam lagi. Setelah berapa lama di luar tenda mba Asih memanggil “Wie, Dwi udah bangun belum, aku masuk ya”. Antara percaya dan tidak percaya sambil bergumam “Tumben mba Asih dingin-dingin keluar tenda, biasanya kan kalau udara dingin lebih suka di dalam sleeping bag”, “Iya mba, aku udah bangun, masuk aja” balasku. Mba Asih pun masuk ke dalam tenda. “Enaknya tenda kalian hangat banget, di tendaku dingin banget” Ujar mba Asih begitu masuk ke dalam tenda. “Iya mba, kita kan pakai matras alumunium jadi hangat” Jawabku sambil tertawa diikutin Nchink yang juga sudah terbangun.

Waktu Subuh tiba, kami pun menunaikan ibadah Sholat Subuh. Setelah itu kami bersiap memasak untuk sarapan. Kata mba Asih “Masak dulu Wie baru lihat sunrise” “Ok mba” Jawabku. Di saat sedang mempersiapkan bahan-bahan makanan yang akan dimasak, sang matahari mulai memperlihatkan keindahannya, hati ini mulai tergoda untuk melihatnya. “Mba Asih maaf ya aku foto sunrisenya dulu baru nanti dilanjut lagi masaknya” Ujarku sambil senyum dan berlalu. Saya seperti anak nakal yang lari dari tanggung jawabnya hehe. 

Sunrise Merbabu

Keindahan Merapi dari Merbabu

Saya pikir mba Asih akan mengikutiku ternyata Mba Asih kali ini tidak tergoda oleh keindahan sunrise dan lebih memilih menemani Nchink dan bang Dede memasak. Oh baiknya mba Asih (padahal pas udah pulang mba Asih baru nyesel karena ga foto sunrise hehe). Saya dan Gita langsung bergabung dengan Mega, bang Umam dan bang Arya mengabadikan keindahan sunrise dengan background si Gagah Merapi. Tak henti-hentinya saya mengucapkan Subhanallah atas keindahan ciptaanNya. Setelah puas berfoto, saya dan Gita pun langsung membantu mba Asih, Nchink dan bang Dede memasak.

Mba Asih memasak nasi dan sayur asam, Nchink menghandle ikan asin, bang Dede dan Gita menggoreng tempe, tahu dan sosis, A’Iwan memasak air untuk membuat kopi dan saya sendiri kebagian membuat roti tawar yang diolesin pasta coklat untuk mereka. Menu sarapan yang yummy sekali. Makanan sudah matang, kami pun bersama-sama sarapan.


Aduh Chef.. masaknya jangan pakai sendal donk.. hahaha

Selesai sarapan kami pun bersiap untuk melanjutkan tracking ke puncak. “Ok, sudah siap semuanya? Kalau sudah siap semuanya mari kita berangkat” ucap bang Ase. Seperti biasa kami berdo’a terlebih dahulu. Kami pun meninggalkan Pak Jupri yang akan menjaga tenda kami. Sepanjang jalan hamparan savana begitu indah, jadi semakin cinta dengan Merbabu. Track yang landai mengantarkan kami ke Savana 2, kami pun berfoto-foto sebentar di sana. Lalu kami melanjutkan kembali perjalanan. Setelah melewati Savana 2 mulai terlihat pohon-pohon edelweis yang ukurannya tinggi-tinggi, ada yang sampai 2-3 meter ukurannya. Sayang pada saat itu edelweisnya banyak yang sudah kering dan ada juga yang tidak berbunga, tapi Alhamdulillah saya menemukan satu tangkai edelweis yang masih segar. Kamera pun langsung mengabadikan “Edelweis Merbabu”.
 Si Cantik Edelweis Merbabu

Edelweis dengan ukuran 2-3 meter
Setelah melewati pohon-pohon Edelwies, saya dan teman-teman tercengang melihat track menuju puncak. “Ini nih tracknya, wuih gimana nanti turunnya nih”. Belum naik aja udah mikir turunnya hehe. Beneran tracknya wow banget, kemiringannya bikin nafas habis (lebay dikit hehe). Alhamdulillah semalam kami mengambil keputusan yang tepat untuk pergi pagi hari, coba kalau kami tetap summit jam 3 dini hari akan terasa lebih sulit terutama bagi saya yang sangat tidak menyukai track malam. Dengan tekad yang kuat, langkah demi langkah saya jalanin untuk bisa menyapa puncak impian saya. Untuk menghilangkan lelah sesekali saya menjepretkan kamera kemanapun lensa berbicara (padahal niatnya buat beristirahat hehe). Walaupun lelah tapi view yang disajikan benar-benar sangat indah sehingga dapat menghibur. Saya sangat menyukai langit biru dan kali ini Merbabu menyambut saya dengan langit birunya walaupun terkadang sang kabut sesekali menutupinya.

Faqih "Ryan" D-Masiv KW (jaket biru) bersama anggota bandnya.. :p

Alhamdulillah track landai mulai terlihat, kami pun beristirahat sejenak. Ternyata bonusnya cuma sebentar, track selanjutnya sama dengan track yang tadi, kami pun memberi nama “Tanjakan PHP”. Di tengah-tengah perjuangan saya melewati track PHP ini, saya melihat ada seorang akhwat memakai rok membawa keril sangat lihai turun dengan cara melompat dari satu pijakan ke pijakan yang lain bahkan terkadang sambil berlari. Kagum melihatnya dan saat mulai dekat dengan saya, saya berpikir seperti kenal dengan akhwat ini, dan ternyata dia adalah mba Ely. Saya pun memanggil namanya dan mba Ely langsung berhenti dan kaget melihat saya. Kami seperti saudara yang sudah lama terpisah, mba Ely pun berlari menuju saya sambil berteriak memanggil nama saya dan kami pun langsung berpelukan. Teman-teman saya dan para pendaki lain terbengong melihat kehebohan kami hahaha. Kalau dipikir jadi seperti adegan sinetron (bahkan pas di Basecamp saat kita sudah turun, bang Dziyau bilang ingin sekali ketemu teman atau orang yang dia kenal di Gunung sambil heboh hahaha). Setelah berfoto kami berpisah, mba Ely akan turun dan saya sendiri naik ke puncak.
Bertemu dengan akhwat tangguh Mba Ely :)
Bang Dziyau dan bang Arya berhasil melewati Tanjakan PHP

Dengan adanya intermezo sejenak, membuat semangat saya muncul kembali (padahal mah karena istirahat yang lumayan lama), saya pun bisa melewati track PHP. Puncak Kentheng Songo mulai terlihat, Dicky yang berjalan lebih dulu sudah melambai-lambaikan tangannya dari Puncak Kentheng Songo. Jadi tambah semangat untuk berlari tapi karena track yang sempit dan hanya dapat dilalui satu orang, dengan sabar saya berjalan perlahan-lahan.
With my travelmate

Saat kaki menginjak Puncak Kentheng Songo, tak ada lagi yang terucap selain Alhamdulillah, Subhanallah dan finally saya sampai di Puncak impian saya “Puncak Merbabu 3.142 Mdpl”. 3 jam perjalanan yang harus ditempuh untuk sampai ke Puncak Kentheng Songo. Bang Ase sebagai tour leader kami mengucapkan selamat kepada kami satu persatu. Ya, kami memang sudah ada di Puncak sekarang.
Puncak Kentheng Songo

Merbabu sangat istimewa buat saya, karena Merbabu adalah gunung pertama yang membuat saya terkesan dan yang membuat saya menyukai kegiatan mendaki dan terlebih lagi pada saat saya sampai di puncak, sahabat saya Yunissa berulang tahun. Saya sudah menyiapkan ucapan untuk diabadikan di Puncak Kentheng Songo. Terima kasih Yunissa sudah menjadi sahabat yang baik selama 11 tahun ini. Semoga persahabatan kita akan abadi sampai akhirat nanti. Aamiin

Happy bday Yunissa

Selain itu pada hari sebelumnya teman naik gunung saya dan Nchink yang namanya Hanif juga sedang melangsungkan pernikahannya. Tadinya Hanif yang akan membawa kami berdua ke Merbabu, tetapi karena waktu yang tidak pas akhirnya selalu tertunda. Kami hanya bisa mengucapkannya di Puncak Kentheng Songo. Selamat ya Hanif dan Reni. 

Dan lebih menyebalkan, saya tidak memperhatikan KTP mba Asih sewaktu memesan tiket, ternyata tepat kami di puncak, mba Asih berulang tahun dan kami mengetahuinya setelah sampai di rumah masing-masing (di kereta pas pulang, kami ditraktir mba Asih tetep aja masih ga nyadar). Maafkan saya ya my travelmate. Khilaf banget.
Mba Asih yang merayakan sendiri ultahnya tanpa diketahui yang lain di Puncak Kentheng Songo (Photo By Mb Asih)

Kami semua menikmati lukisan alam yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Merbabu memang benar-benar indah walaupun sang kabut tetap masih suka menggoda. Satu persatu kami mulai berfoto dengan watermark Kentheng Songo, kami habiskan waktu di Kentheng Songo dengan berfoto-foto. 
 Wisata Gunung di Puncak Kentheng Songo (Photo by Mega)

Empat Sekawan.. :) (Photo by Mb Asih)

Setelah puas di Puncak Kentheng Songo, bang Ase membawa kami ke Puncak Trianggulasi, jaraknya tidak terlalu jauh dari Puncak Kentheng Songo. Di sana kami makan snack dan mangga yang kami bawa sambil menikmati keindahan Merbabu. Sayang dari ketiga puncak, kami tidak ke Puncak Syarif karena waktu yang tidak cukup dan kami harus segera kembali ke tenda. Seperti biasa di setiap pendakian selalu saja ada yang kurang yang menandakan saya harus kembali lagi.

Setelah puas menikmati keindahan alam Merbabu, bang Ase menginstruksikan kepada kami agar kami bergegas turun. Kami pun langsung segera turun kembali ke tenda. Tepat di track PHP yang membuat nafas kami tersengal pada saat kami naik, ternyata pas turun tidak sesulit apa yang kami bayangkan, tapi tetap keseimbangan harus dijaga agar tidak terjatuh.

To be countinued..

0 komentar:

Posting Komentar