|
Telaga Warna |
Tepat jam 5 sore kami harus tiba di Terminal Kalideres Cengkareng, karena bus yang akan kami tumpangi berangkat jam 5 sore. Ya, kali ini lima sekawan minus bang Udin (tidak bisa ikut karena tidak dapat cuti) akan melakukan perjalanan kembali tepatnya ke Dieng (lagi). Mungkin orang akan bertanya, "Dieng lagi, ga bosan apa kesana terus." Pasti saya akan menjawab "Ya nggaklah, karena Dieng itu menyimpan seribu bahkan sejuta pesona keindahannya yang masih tersembunyi dan tidak akan cukup satu kali untuk mengexplore Dieng."
|
Terminal Kalideres. *Sumber Google |
Saya tiba di Terminal Kalideres dan mba Asih sudah menunggu disana. Kami menunggu Nchink dan A'Iwan. Pada saat mereka tiba, mba Asih tertawa ternyata kami bertiga menggunakan dresscode yang sama berwarna ungu, kami pun langsung tertawa setelah menyadarinya. Padahal tidak janjian sebelumnya dan A'Iwan sambil bercanda bilang kalau sebenarnya dia juga ingin pakai baju warna ungu tapi tidak jadi karena tidak punya t-shirt warna ungu :D.
Jam 5 sore bus melaju dengan pelan karena macet sudah menghiasi jalanan wilayah Jakarta Barat yang memang terkenal dengan kemacetannya. Bus Pahala Kencana berhenti dua kali untuk mengambil penumpang di pool dekat Samsat dan di Terminal Grogol. Setelah itu bus mulai masuk ke dalam tol yang macet. Bus melaju dengan pelan dan tersendat membuat saya lebih memilih untuk memejamkan mata.
Setelah keluar dari tol dalam kota akhirnya bus terlepas dari kemacetan. Sekitar jam 11 malam bus berhenti di rumah makan, kami pun turun untuk menunaikan sholat dan makan. Tidak lebih dari 1 jam bus kembali melanjutkan perjalanan. Kami lebih memilih untuk memejamkan mata dan mengistirahatkan tubuh yang letih karena aktivitas rutin sebelumnya.
Waktu Subuh, bus tiba di Terminal Mendolo Wonosobo. Terminal yang bersih dan rapi, tempat yang cocok bagi para pendaki dan backpacker untuk beristirahat sejenak dari kelelahan perjalanan. Pemandangan keril sudah biasa selalu menghias setiap sudut terminal di setiap akhir pekan.
Bergegas kami menuju musholla untuk menunaikan ibadah sholat Subuh dan dilanjutkan sarapan soto ayam menu favorit kami disana. Setelah diskusi dan menghubungi agen Pahala Kencana via telepon, akhirnya kami memutuskan melanjutkan perjalanan ke Dieng tanpa harus menunggu loket Pahala Kencana buka, dan mereka sudah menyimpan tiket pulang kami.
Menggunakan bus mini, kami menuju rumah mas Sugeng di Dieng. Jalan yang meliuk-liuk ditemanin kabut tipis yang masih menyelimuti Desa Dieng seperti enggan untuk menyapa matahari terbit karena dinginnya udara pagi menjadi pemandangan perjalanan kami.
|
Perkebunan Dieng |
Kurang lebih 1 jam kami tiba di Desa Dieng dan sahabat kami yang memiliki senyum manis sudah melambaikan tangannya menyambut kedatangan kami. Senangnya bisa berkumpul kembali bersama kalian di desa dataran tinggi di Pulau Jawa. Beristirahat sejenak di rumah mas Sugeng ditemanin kopi hitam dan teh manis serta tak lupa cemilan singkong goreng menjadi begitu terasa hangat dengan diselingin canda tawa bersama ibunya mas Sugeng yang baik dan ramah. Moment inilah yang selalu membuat kangen sesampainya di Jakarta.
|
Rumah mas Sugeng |
Sambil repacking, kami menyusun itinerary. Setelah diskusi kami sepakat hari pertama menuju Banjarnegara mengexplore tiga air terjun yang masih alami dan sepi pengunjung.
Mobil Pick up membawa kami ke Desa Banjarnegara. Selama perjalanan kami sibuk dengan ber-wefie ria. Sebelumnya kami mampir sebentar untuk merasakan sensasi "Jembatan Merah Putih" dengan latar keindahan Telaga Warna. Setengah jam kami menghabiskan waktu untuk menikmati keindahan Telaga Warna dari atas jembatan.
|
View Telaga Warna |
|
Jembatan Merah Putih |
Lalu kami kembali melanjutkan perjalanan. Setelah memasuki Banjarnegara, banyak sekali kebun labu siam menghampar di setiap pinggir jalan. Ini salah satu hal yang membuat saya jadi gemes, karena saya mendapat jatah logistik membawa labu siam dari Jakarta dan seperti terlihat sekarang labu siam banyak sekali bergelayutan menggantung di pohon seakan menggoda saya sambil tertawa kalau saja mereka bisa tertawa dan tawa mereka diwakilkan oleh sahabat-sahabat saya.
|
Menuju Banjarnegara |
Jalanan menuju air terjun mulai rusak, dengan pelan akhirnya kami sampai di pintu trek menuju air terjun. Setelah membayar retribusi sebesar Rp. 3.000,-/orang kepada penduduk setempat, kami melanjutkan treking ke air terjun yang pertama.
|
Track menuju curug Genting |
|
Track menuju curug Genting |
Dentuman air yang jatuh mulai terdengar dan Masya Alloh kami disajikan oleh view air terjun yang indah sekali dan yang paling membuat kami senang adalah hanya kami yang berada disana tanpa ada pengunjung yang lainnya. Air terjun dengan ketinggian sekitar 80 meter ini dinamakan Air Terjun Genting. Tebing dan batu-batu besar menambah indahnya air terjun Genting yang memiliki debit air yang deras. Setelah puas bermain disini, kami melanjutkan perjalanan ke air terjun yang kedua.
|
Curug Genting |
|
Curug Genting |
Air terjun yang kedua alirannya tidak tinggi, tapi istimewanya air terjun ini mengaliri air panas yang tercampur belerang. Awalnya saya tidak berani memegang airnya khawatir panas, tapi kata A'Iwan dan mas Sugeng airnya hangat. Saya pun mencoba bermain dengan airnya dan ternyata memang hangat. Air terjun panas yang bernama "Merawu" ini dihiasi oleh bebatuan yang berwarna kuning karena terkena kandungan belerang dan aliran air panas ini akan mengalir menuju air terjun ketiga yang akan kami explore. Karena hari sudah semakin sore kami tidak berlama-lama disini dan segera melanjutkan perjalanan ke air terjun ketiga.
|
Air Panas Merawu |
|
Aliran air belerang |
|
Air panas Merawu |
Sesampainya di air terjun ketiga yaitu air terjun Merawu, nama air terjun ini sama dengan air terjun panas sebelumnya tapi perbedaannya airnya tidak panas hanya beberapa titik aliran yang mengandung belerang. Dan menurut saya inilah juaranya, air terjun dengan debit air deras dan tinggi dikelilingi oleh tebing dengan hiasan daun dan lumut mempercantik keindahan air terjun Merawu. Kami menghabiskan waktu dengan bermain air, selfie, wefie hingga masak mie goreng dan menikmati kopi hitam.
|
Track menuju Curug Merawu |
|
Curug Merawu |
Tiga air terjun ini yang jarak antara satu air terjun ke air terjun lainnya tidak begitu jauh seakan mengingatkan saya akan air terjun Cibeurem yang terletak di Cibodas.
Setelah puas menikmati dan mengexplore keindahan air terjun Banjarnegara dan juga waktu yang sudah menjelang maghrib, membuat kami harus segera meninggalkan tempat itu.
Mobil pickup kami pun melaju meninggalkan Desa Giritirta Banjarnegara menuju Desa Dieng untuk melanjutkan petualangan kami selanjutnya ditempat yang tak kalah indah dengan air terjun Genting dan Merawu.
Nantikan kami di kisah selanjutnya.. :)
0 komentar:
Posting Komentar