Kamis, 11 Desember 2014

My Dream Comes True - Part 1




 View Merbabu menuju Puncak Kentheng Songo

Awal Pendakian 
 
Entah sudah berapa kali membuat rencana tapi akhirnya selalu saja kandas untuk menyapa tiga puncak impianku yaitu Puncak Kentheng Songo, Puncak Trianggulasi dan Puncak Syarif. Ketiga puncak itu adalah puncak dari Gunung Merbabu yang memiliki ketinggian 3.142 Mdpl terletak di daerah Boyolali dan dapat dilalui dari empat jalur resmi yaitu jalur Selo, Wekas, Tekelan dan Chuntel.

Alhamdulillah impian itu akan segera terwujud melalui Wisata Gunung bersama tiga orang sahabatku mba Asih, Nchink dan A’Iwan. Kami berempat berangkat dari Stasiun Senen menuju Yogyakarta dengan menggunakan kereta Progo. Di Stasiun Senen kami berjumpa dengan Gita, tapi Gita tidak satu kereta dengan kami karena kehabisan tiket Progo jadinya Gita berangkat naik kereta Bogowonto, dan di kereta kami bertemu dengan Mega dan Dicky, mereka bertiga akan menjadi teman perjalanan kami nanti.

Jam 22.30 kereta Progo yang menjadi transportasi kami berangkat menuju Stasiun Lempuyangan Yogyakarta, kami menikmati perjalanan dengan ngobrol dan selanjutnya dipergunakan untuk istirahat agar sampai Yogyakarta fisik sudah segar kembali. Jam 06.00 kereta Progo sampai di Stasiun Lempuyangan, lalu kami bergabung dengan teman-teman  lainnya yang sudah tiba lebih dulu. Disana ada Tour Leader kita bang Ase, guide bang Dede, bang Umam dari Jakarta, ada juga teman dari Semarang bang Arya dan bang Dziyau dari Malang.

Setelah berkenalan satu dengan yang lainnya, kami beristirahat sejenak sambil sarapan. Setelah semuanya sudah lengkap dan siap untuk berangkat, kami pun segera melanjutkan perjalanan menuju Desa Selo dengan menggunakan 2 mobil kijang karena jumlah kami ada 12 orang, kami menuju Desa Selo karena pendakian kami nanti akan melewati jalur Selo.

Sebelum menuju Basecamp Pak Parman kami berhenti di Pasar Talun Magelang untuk melengkapi logistik, karena saya, mba Asih, Nchink, bang Umam dan bang Arya kebagian membawa sayuran-sayuran, tempe tahu dan ikan asin, maka hanya kamilah yang belanja, sedangkan yang lainnya menunggu di mobil karena mereka kebagian logistik yang mudah dibawa dari Jakarta. Berhubung saya yang bisa bahasa Jawa, Nchink menyuruh saya untuk menawar bahan-bahan logistik yang akan dibeli. Nikmatnya belanja di Pasar Talun karena harganya sangat murah sekali jadi tidak tega kalau harus ditawar lagi hehe. Setelah semua yang dibutuhkan sudah dibeli kami kembali melanjutkan perjalanan.

Jam 11.00 kami tiba di Basecamp Pak Parman, basecamp yang menurut saya sangat luas dan pemiliknya sangat ramah. Disana juga sudah ada beberapa pendaki yang sedang beristirahat, sepertinya mereka juga akan bersiap untuk naik. Kami beristirahat sejenak dan bersih-bersih diri. Setelah itu kami mulai repacking perlengkapan yang akan dibawa selama pendakian. Ada dua orang teman kami namanya mas Faqih dan mas Bambang yang berasal dari Pekalongan tiba di basecamp dan mereka akan bertugas sebagai backup dari bang Ase dan bang Dede. Mas Faqih ini mirip sekali dengan Ryan vokalisnya D’Masiv, jarang-jarang kan bisa nanjak bareng artis walaupun artis kw hehe.

 Basecamp Merbabu Pak Parman
Tepat jam 13.00 kami mulai siap untuk melakukan pendakian Gunung Merbabu, sebelum berangkat kami pemanasan terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan berdo’a agar pendakian berjalan lancar dan selamat hingga turun kembali, karena puncak adalah bonus dan target utama adalah pulang dengan selamat sampai rumah itu yang dikatakan bang Ase dan berdo’a pun dimulai. Kami hening dalam do’a masing-masing.

Bismillah, pendakian pun dimulai dari Gerbang Merbabu yang bertuliskan “Jalur Pendakian Selo – Balai Taman Nasional Gunung Merbabu”, tapi sebelum itu tak lupa kami bernarsis dahulu J. Track di awal pendakian masih landai, seperti baru perkenalan. Bang Dede sebagai guide berjalan di depan dan bang Ase bertugas sebagai Sweeper. Kami berjalan boleh dibilang sangat santai karena kami ingin menikmati kebersamaan selama pendakian dan lebih mengutamakan safety procedure.
Gerbang Jalur Pendakian Merbabu - Selo

Satu Tim Ekspedisi Merbabu - Photo by Umam

Tanpa terasa track pun mulai menanjak (kalau ga nanjak ga akan sampai ke puncak donk hehe). Di saat pendakian menuju Pos 1, Nchink tiba-tiba mengalami kram kaki, A’Iwan dan bang Ase menolong Nchink. Lalu Bang Ase menyuruh kami untuk tetap lanjut tanpa menunggu mereka, dan meminta kami untuk menunggu di Pos 1. Akhirnya kami  tiba di Pos 1, tempat dengan lahan yang tidak terlalu luas dan datar tapi cukup untuk mendirikan dua tenda. Sambil menunggu Nchink, A’Iwan dan bang Ase, seperti biasa kami mulai beraksi dengan kamera masing-masing dan tak lupa juga foto bersama di watermark Pos 1.

Kemudian setelah semua kumpul, dan Nchink sudah merasa baikan, perjalanan dilanjutkan kembali menuju Pos 2, menuju Pos 2 track sudah mulai menanjak extra dan membuat nafas ngos-ngosan, sesekali saya beristirahat sambil menunggu teman yang masih ada di belakang. Sesaat Kabut menggoda kami dengan menjatuhkan air yang mengharuskan kami mengeluarkan raincoat, tapi tidak berapa lama kabut pun menghilang kembali dan hujanpun berhenti. Kami tiba di Pos 2 bayangan yang sangat sempit lahannya, seperti hanya untuk peristirahatan sejenak bagi para pendaki yang lelah. Setelah itu track kembali landai dan tidak berapa lama sampailah di Pos 2.
Team Nasional Merbabu dengan Formasi 2-4-2 di Pos 1 :D (Photo by Mega)

Narsis di Pos 2 (Photo by Mega)

Hari sudah menjelang sore, kami pun segera melanjutkan perjalanan kembali menuju Pos 3. Track menuju Pos 3 terkadang landai terkadang juga terjal. Tapi track ini membuat mata tak hentinya mengucapkan “Subhanallah” karena view keindahan Merbabu mulai terlihat setelah sebelumnya kami melewati hutan yang rapat.

Tak henti-hentinya kamera mulai membidik setiap detail keindahan Merbabu, seakan tak mau kehilangan satu moment pun. Sesampai di Pos 3, kami beristirahat cukup lama dan mengganjal perut kami yang keroncongan dengan coklat dan snack, bahkan Gita sempat-sempatnya bisa tertidur dan tidak terganggu oleh kesibukan kita yang berfoto-foto. Setelah cukup beristirahat kami pun bersiap untuk melanjutkan perjalanan menuju Savana 1. Track menuju Savana 1 sangat curam dan terjal dan akan sangat menguras tenaga kita dikarenakan track yang curam dan juga beban yang kami bawa dipunggung masing-masing.
 Pos 3 - Gita tertidur.. sepertinya dia lelah :D

“Ayo kita jalan lagi waktu udah sangat sore, kita harus sudah melewati track yang curam sebelum malam dan siapkan senter dan headlampnya” kata bang Dede. Saya seperti biasa mengikuti di belakang bang Dede, tepat di depan track yang ekstrim bang Dede menimbang-nimbang jalur yang akan dipilih kanan atau kiri, akhirnya jalur kananlah yang dipilih, karena tingkat keekstrimannya tidak separah jalur yang kiri. Menurut saya tracknya kali ini benar-benar amazing dan bikin nafas tersengal-sengal, hampir mirip dengan Tanjakan Setan di Gunung Gede Pangrango. Saat sedang fokus dengan track, tiba-tiba ada suara seperti teriakan dari mba Asih “Tolong, Bang Umam, udah ga kuat, kakiku kram” dan terdengar suara bang Umam memanggil bang Dede dan bang Dziyau untuk menolong mba Asih. saya dan bang Dede langsung berhenti dan ternyata mba Asih bukan mengikuti saya tapi mengambil jalur kiri (jalur yang lebih ekstrim dari jalur kanan), “bang tolongin mba Asih” ujarku ke bang Dede. Bang Dede pun menyuruh saya untuk mengikuti mas Faqih dan dia langsung menolong mba Asih. Ternyata saya tidak bisa mengikuti irama langkahnya mas Faqih yang sangat cepat sekali berjalan, akhirnya saya memutuskan menunggu teman-teman yang lainnya karena hari mulai gelap dan saya juga takut nyasar.

Malam mulai menyapa disaat kami masih berjuang di track yang amazing. Setelah lebih dari satu jam, Alhamdulillah sampai juga di Savana 1 bayangan dan disana sudah menunggu porter tim kami Pak Jupri dan mas Faqih. Sebelum melanjutkan perjalanan ke tenda yang sudah didirikan oleh Pak Jupri di Savana 1, kami beristirahat sejenak sambil menikmati keindahan malam dihiasi kerlap kerlip lampu kota Magelang yang cantik.

Setelah puas (sebenarnya belum puas hehe) menikmati keindahan malam kota Magelang, kami pun melanjutkan perjalanan. “Ayo sebentar lagi sampai di tenda” kata Pak Jupri memberi semangat. Sepertinya Mba Asih dan Gita sudah kelelahan, keril mereka pun berpindah ke punggung Pak Jupri hehe.

Alhamdulillah jam 19.00 akhirnya kami sampai juga di tenda, lalu kami bergegas masuk ke tenda masing-masing dan memasang matras. Teman-teman yang cowo membongkar amunisi dan mulai memasak air panas untuk membuat kopi, sedangkan kami para ladies memilih beristirahat di tenda. Saya setenda dengan Nchink dan Gita, sedangkan mba Asih dengan Mega. Baru kali ini saya terpisah dari mba Asih, kalau kedinginan tidak ada lagi tidur punggung dengan punggung yang saling menempel hehe.

Cuaca malam itu sangat bersahabat ditambah matras alumunium yang dibawa Gita membuat suhu di dalam tenda tidak terlalu dingin, jadi saya tidak merasa kedinginan. Disaat para cowo sibuk di luar tenda, Gita sudah asyik meneruskan mimpinya yang terganggu di Pos 3 tadi hehe. Saya dan Nchink setelah membereskan tas mulai bersiap untuk tidur menyusul Gita.

Disaat mata hendak terpejam, bang Umam memanggil dari luar tenda, wah ternyata mereka para cowo tidak hanya memasak air saja tapi juga memasak makanan buat makan malam. Bang Umam membawakan makanan buat kita para ladies, beneran jadi merasa feeling guilty sama mereka. Maaf ya abang semua, saya tidak terbiasa makan malam jadi tidak kepikiran untuk masak buat makan malam dan para ladies juga lebih memilih tidur daripada masak hehe. Saat membawakan makanan bang Umam bilang ke kita “Gimana, besok mau summit jam 3 dini hari atau jam 7 pagi, kalau jam 3 kita lihat sunrisenya di atas tapi kalau mau jam 7 kita lihat sunrisenya dari sini, kata Pak Jupri dari sini kita udah bisa dapat sunrise” Setelah kita pertimbangkan akhirnya kita semua sepakat lihat sunrisenya dari Savana 1 saja dan setelah sarapan baru ke puncak. Ok, kesepakatan pun deal.  

To be Countinued...

0 komentar:

Posting Komentar