View Merbabu menuju Puncak Kentheng Songo
Awal Pendakian
Entah sudah berapa kali membuat rencana tapi
akhirnya selalu saja kandas untuk menyapa tiga puncak impianku yaitu Puncak
Kentheng Songo, Puncak Trianggulasi dan Puncak Syarif. Ketiga puncak itu adalah
puncak dari Gunung Merbabu yang memiliki ketinggian 3.142 Mdpl terletak di
daerah Boyolali dan dapat dilalui dari empat jalur resmi yaitu jalur Selo,
Wekas, Tekelan dan Chuntel.
Alhamdulillah impian itu akan segera terwujud
melalui Wisata Gunung bersama tiga orang sahabatku mba Asih, Nchink dan A’Iwan.
Kami berempat berangkat dari Stasiun Senen menuju Yogyakarta
dengan menggunakan kereta Progo. Di Stasiun Senen kami berjumpa dengan Gita,
tapi Gita tidak satu kereta dengan kami karena kehabisan tiket Progo jadinya
Gita berangkat naik kereta Bogowonto, dan di kereta kami bertemu dengan Mega
dan Dicky, mereka bertiga akan menjadi teman perjalanan kami nanti.
Jam 22.30 kereta Progo yang menjadi
transportasi kami berangkat menuju Stasiun Lempuyangan Yogyakarta, kami
menikmati perjalanan dengan ngobrol dan selanjutnya dipergunakan untuk
istirahat agar sampai Yogyakarta fisik sudah
segar kembali. Jam 06.00 kereta Progo sampai di Stasiun Lempuyangan, lalu kami
bergabung dengan teman-teman lainnya
yang sudah tiba lebih dulu. Disana ada Tour Leader kita bang Ase, guide bang
Dede, bang Umam dari Jakarta, ada juga teman
dari Semarang bang Arya dan bang Dziyau dari Malang.
Setelah berkenalan satu dengan yang lainnya,
kami beristirahat sejenak sambil sarapan. Setelah semuanya sudah lengkap dan
siap untuk berangkat, kami pun segera melanjutkan perjalanan menuju Desa Selo
dengan menggunakan 2 mobil kijang karena jumlah kami ada 12 orang, kami menuju
Desa Selo karena pendakian kami nanti akan melewati jalur Selo.
Sebelum menuju Basecamp Pak Parman kami
berhenti di Pasar Talun Magelang untuk melengkapi logistik, karena saya, mba
Asih, Nchink, bang Umam dan bang Arya kebagian membawa sayuran-sayuran, tempe
tahu dan ikan asin, maka hanya kamilah yang belanja, sedangkan yang lainnya
menunggu di mobil karena mereka kebagian logistik yang mudah dibawa dari
Jakarta. Berhubung saya yang bisa bahasa Jawa, Nchink menyuruh saya untuk
menawar bahan-bahan logistik yang akan dibeli. Nikmatnya belanja di Pasar Talun
karena harganya sangat murah sekali jadi tidak tega kalau harus ditawar lagi
hehe. Setelah semua yang dibutuhkan sudah dibeli kami kembali melanjutkan
perjalanan.
Jam 11.00 kami tiba di Basecamp Pak Parman,
basecamp yang menurut saya sangat luas dan pemiliknya sangat ramah. Disana juga
sudah ada beberapa pendaki yang sedang beristirahat, sepertinya mereka juga
akan bersiap untuk naik. Kami beristirahat sejenak dan bersih-bersih diri.
Setelah itu kami mulai repacking
perlengkapan yang akan dibawa selama pendakian. Ada dua orang teman kami namanya mas Faqih
dan mas Bambang yang berasal dari Pekalongan tiba di basecamp dan mereka akan
bertugas sebagai backup dari bang Ase
dan bang Dede. Mas Faqih ini mirip sekali dengan Ryan vokalisnya D’Masiv,
jarang-jarang kan
bisa nanjak bareng artis walaupun artis kw hehe.
Basecamp Merbabu Pak Parman
Tepat jam 13.00 kami mulai siap untuk
melakukan pendakian Gunung Merbabu, sebelum berangkat kami pemanasan terlebih
dahulu dan dilanjutkan dengan berdo’a agar pendakian berjalan lancar dan
selamat hingga turun kembali, karena puncak adalah bonus dan target utama
adalah pulang dengan selamat sampai rumah itu yang dikatakan bang Ase dan
berdo’a pun dimulai. Kami hening dalam do’a masing-masing.
Bismillah, pendakian pun dimulai dari Gerbang
Merbabu yang bertuliskan “Jalur Pendakian Selo – Balai Taman Nasional Gunung
Merbabu”, tapi sebelum itu tak lupa kami bernarsis dahulu J. Track di awal pendakian masih landai,
seperti baru perkenalan. Bang Dede sebagai guide
berjalan di depan dan bang Ase bertugas sebagai Sweeper. Kami berjalan boleh dibilang sangat santai karena kami
ingin menikmati kebersamaan selama pendakian dan lebih mengutamakan safety procedure.
Gerbang Jalur Pendakian Merbabu - Selo
Satu Tim Ekspedisi Merbabu - Photo by Umam
Tanpa terasa track pun mulai menanjak (kalau
ga nanjak ga akan sampai ke puncak donk hehe). Di saat pendakian menuju Pos 1,
Nchink tiba-tiba mengalami kram kaki, A’Iwan dan bang Ase menolong Nchink. Lalu
Bang Ase menyuruh kami untuk tetap lanjut tanpa menunggu mereka, dan meminta
kami untuk menunggu di Pos 1. Akhirnya kami
tiba di Pos 1, tempat dengan lahan yang tidak terlalu luas dan datar
tapi cukup untuk mendirikan dua tenda. Sambil menunggu Nchink, A’Iwan dan bang
Ase, seperti biasa kami mulai beraksi dengan kamera masing-masing dan tak lupa
juga foto bersama di watermark Pos 1.
Kemudian setelah semua kumpul, dan Nchink
sudah merasa baikan, perjalanan dilanjutkan kembali menuju Pos 2, menuju Pos 2
track sudah mulai menanjak extra dan
membuat nafas ngos-ngosan, sesekali
saya beristirahat sambil menunggu teman yang masih ada di belakang. Sesaat
Kabut menggoda kami dengan menjatuhkan air yang mengharuskan kami mengeluarkan raincoat, tapi tidak berapa lama kabut
pun menghilang kembali dan hujanpun berhenti. Kami tiba di Pos 2 bayangan yang
sangat sempit lahannya, seperti hanya untuk peristirahatan sejenak bagi para
pendaki yang lelah. Setelah itu track kembali landai dan tidak berapa lama
sampailah di Pos 2.
Team Nasional Merbabu dengan Formasi 2-4-2 di Pos 1 :D (Photo by Mega)
Narsis di Pos 2 (Photo by Mega)
Hari sudah menjelang sore, kami pun segera
melanjutkan perjalanan kembali menuju Pos 3. Track menuju Pos 3 terkadang
landai terkadang juga terjal. Tapi track ini membuat mata tak hentinya mengucapkan
“Subhanallah” karena view keindahan
Merbabu mulai terlihat setelah sebelumnya kami melewati hutan yang rapat.
Tak henti-hentinya kamera mulai membidik
setiap detail keindahan Merbabu, seakan tak mau kehilangan satu moment pun. Sesampai di Pos 3, kami
beristirahat cukup lama dan mengganjal perut kami yang keroncongan dengan coklat dan snack,
bahkan Gita sempat-sempatnya bisa tertidur dan tidak terganggu oleh kesibukan
kita yang berfoto-foto. Setelah cukup beristirahat kami pun bersiap untuk
melanjutkan perjalanan menuju Savana 1. Track menuju Savana 1 sangat curam dan
terjal dan akan sangat menguras tenaga kita dikarenakan track yang curam dan
juga beban yang kami bawa dipunggung masing-masing.
Pos 3 - Gita tertidur.. sepertinya dia lelah :D
“Ayo kita jalan lagi waktu udah sangat sore,
kita harus sudah melewati track yang curam sebelum malam dan siapkan senter dan
headlampnya” kata bang Dede. Saya seperti biasa mengikuti di belakang bang
Dede, tepat di depan track yang ekstrim bang Dede menimbang-nimbang jalur yang
akan dipilih kanan atau kiri, akhirnya jalur kananlah yang dipilih, karena
tingkat keekstrimannya tidak separah jalur yang kiri. Menurut saya tracknya
kali ini benar-benar amazing dan
bikin nafas tersengal-sengal, hampir mirip dengan Tanjakan Setan di Gunung Gede
Pangrango. Saat sedang fokus dengan track, tiba-tiba ada suara seperti teriakan
dari mba Asih “Tolong, Bang Umam, udah ga kuat, kakiku kram” dan terdengar
suara bang Umam memanggil bang Dede dan bang Dziyau untuk menolong mba Asih.
saya dan bang Dede langsung berhenti dan ternyata mba Asih bukan mengikuti saya
tapi mengambil jalur kiri (jalur yang lebih ekstrim dari jalur kanan), “bang
tolongin mba Asih” ujarku ke bang Dede. Bang Dede pun menyuruh saya untuk
mengikuti mas Faqih dan dia langsung menolong mba Asih. Ternyata saya tidak
bisa mengikuti irama langkahnya mas Faqih yang sangat cepat sekali berjalan,
akhirnya saya memutuskan menunggu teman-teman yang lainnya karena hari mulai
gelap dan saya juga takut nyasar.
Malam mulai menyapa disaat kami masih berjuang
di track yang amazing. Setelah lebih
dari satu jam, Alhamdulillah sampai juga di Savana 1 bayangan dan disana sudah
menunggu porter tim kami Pak Jupri dan mas Faqih. Sebelum melanjutkan
perjalanan ke tenda yang sudah didirikan oleh Pak Jupri di Savana 1, kami
beristirahat sejenak sambil menikmati keindahan malam dihiasi kerlap kerlip
lampu kota
Magelang yang cantik.
Setelah puas (sebenarnya belum puas hehe)
menikmati keindahan malam kota
Magelang, kami pun melanjutkan perjalanan. “Ayo sebentar lagi sampai di tenda”
kata Pak Jupri memberi semangat. Sepertinya Mba Asih dan Gita sudah kelelahan,
keril mereka pun berpindah ke punggung Pak Jupri hehe.
Alhamdulillah jam 19.00 akhirnya kami sampai
juga di tenda, lalu kami bergegas masuk ke tenda masing-masing dan memasang
matras. Teman-teman yang cowo membongkar amunisi dan mulai memasak air panas
untuk membuat kopi, sedangkan kami para ladies
memilih beristirahat di tenda. Saya setenda dengan Nchink dan Gita, sedangkan
mba Asih dengan Mega. Baru kali ini saya terpisah dari mba Asih, kalau
kedinginan tidak ada lagi tidur punggung dengan punggung yang saling menempel
hehe.
Cuaca malam itu sangat bersahabat ditambah
matras alumunium yang dibawa Gita membuat suhu di dalam tenda tidak terlalu
dingin, jadi saya tidak merasa kedinginan. Disaat para cowo sibuk di luar
tenda, Gita sudah asyik meneruskan mimpinya yang terganggu di Pos 3 tadi hehe.
Saya dan Nchink setelah membereskan tas mulai bersiap untuk tidur menyusul
Gita.
Disaat mata hendak terpejam, bang Umam
memanggil dari luar tenda, wah ternyata mereka para cowo tidak hanya memasak
air saja tapi juga memasak makanan buat makan malam. Bang Umam membawakan
makanan buat kita para ladies,
beneran jadi merasa feeling guilty
sama mereka. Maaf ya abang semua, saya tidak terbiasa makan malam jadi tidak
kepikiran untuk masak buat makan malam dan para ladies juga lebih memilih tidur daripada masak hehe. Saat
membawakan makanan bang Umam bilang ke kita “Gimana, besok mau summit jam 3 dini hari atau jam 7 pagi,
kalau jam 3 kita lihat sunrisenya di
atas tapi kalau mau jam 7 kita lihat sunrisenya
dari sini, kata Pak Jupri dari sini kita udah bisa dapat sunrise” Setelah kita pertimbangkan akhirnya kita semua sepakat
lihat sunrisenya dari Savana 1 saja
dan setelah sarapan baru ke puncak. Ok, kesepakatan pun deal.
To be Countinued...
0 komentar:
Posting Komentar