Kamis, 30 Oktober 2014

Lika Liku Perjalanan ke Pakuwaja - Dieng

Terkadang tanpa sadar kita saling diam tanpa satu katapun yang terucap, "Kita kaya orang yang lagi marahan aja ya dinda dari tadi diam-diaman, tapi diamnya dinda membuat ibi merasa nyaman". 

Malam itu ketika saya sedang asyik melihat resep-resep kue, tiba-tiba handphone saya berbunyi dan ternyata whatsapp dari Ibikuh. "Dinda, ikut ibi ke Pakuwaja yuk weekend ini". Ibi memang sudah memanggil saya dinda dari pertama kali kita berkenalan, dan entah kenapa saya merasa nyaman sekali dengan panggilan itu. Agak galau juga dengan ajakan ibi karena begitu mendadak, tapi karena sudah lama penasaran dengan keindahan sunrise Pakuwaja akhirnya saya pun menjawab "Ok bi".

"Dinda, kita nanti ikut tripnya bang Mogel dan itinerary ke Pakuwajanya hari Minggu dini hari untuk mengejar sunrise jadi kita berangkat hari Sabtu" penjelasan ibi di whatsapp. "Kalau hari Sabtu dari Jakarta bisnya ga ada yang berangkat pagi bi, semuanya berangkat sore" jawabku yang mulai bingung lagi bagaimana caranya supaya bisa sampai ke Dieng Sabtu malam.

"Udah dinda ga usah bingung, dinda ke Garut aja dulu nginep di rumah ibi terus nanti berangkatnya bareng sama ibi dari Tasik naik bis Budiman yang jam 10 pagi, nanti di Wonosobo dijemput sama Melia, gimana?" solusi ibi, "Siip, ok bi kalau gitu, nanti aku Jum'at malam ke Garut" jawabku lega karena sudah ada solusinya..

Jum'at setelah pulang kerja saya langsung meluncur ke Garut, karena jalanan di dalam kota macet yang seharusnya sampai Garut jam 23.00 tapi kali ini sampai di Garut jam 02.00 dini hari, dan seperti biasa kalau ke Garut selalu mengganggu jam tidur ibi, Maaf ya bi :)
Sabtu pagi kami siap-siap berangkat ke Tasik, tapi sayang teteh tidak bisa ikut karena ada tugas pramuka di sekolahnya. 

Selama perjalanan ke Tasik, kami terkadang bercerita atau lebih tepatnya saya yang curhat ke ibi ya.. hehehe, dan ditengah perjalanan saat ibi mau mengambil handphone dari saku ranselnya, ibi merasa kalau dompetnya tidak ada di tempatnya. "Ibi yakin naruhnya di situ" kataku, "Iya dinda, ibi udah siapin dari semalam" jawab ibi dengan raut wajah yang masih tenang. Setelah beberapa saat dicari-cari dan si dompet tidak muncul juga ibi mulai panik. "Ketinggalan kali bi di rumah, coba ibi telfon orang rumah". Lalu ibi menelfon saudaranya untuk mengecek dan alhamdulillah ternyata dompetnya ketinggalan di rumah, dan ibi baru ingat kalau tadi sempat kasih uang saku ke teteh dan lupa mengembalikannya lagi ke ransel. Ya akhirnya mau kembali pulang juga tidak mungkin karena sudah sampai Tasik, walaupun ibi ketinggalan dompet mau tidak mau kita tetap melanjutkan perjalanan ke Wonosobo seperti rencana awal. Ini mungkin menjadi pengalaman yang tidak akan terlupakan oleh ibi. :)

Jam 10 bis Budiman datang, saya dan ibi langsung naik dan melihat bis yang masih sepi penumpang kami pun bebas mencari tempat duduk yang nyaman. Selama perjalanan terkadang kami ngobrol, bercerita tentang apa saja tapi terkadang tanpa sadar kita saling diam tanpa satu kata yang terucap, "Kita kaya orang yang lagi marahan aja ya dinda dari tadi diam-diaman, tapi diamnya dinda membuat ibi merasa nyaman". Saya tersenyum mendengar kata-kata ibi karena saya juga merasa nyaman bersama ibi.

Bangun, tidur, bangun lagi, tidur lagi seperti lagunya Alm. Mbah Surip, begitulah perjalanan saya menuju Wonosobo, apalagi pak supir memutar lagu-lagu nostalgia yang membuat mata ini tak bisa diajak kompromi untuk menikmati pemandangan yang dari balik jendela, hingga sampai bis melewati Sungai Serayu mata ini baru bisa diajak berkompromi untuk melihat keindahan Sungai Serayu, kamera handphone pun langsung beraksi.

Tepat jam 18.30 kami sampai di Plaza Wonosobo dan di sana mba Melia dan dua temannya sudah menunggu. Setelah berkenalan, kami pun langsung menuju Dieng dengan menggunakan motor, mba Melia yang menjadi rider saya dan ibi jadi boncengers mas Kelik. Ini adalah ketiga kalinya saya mengunjungi Dieng tapi ini adalah pertama kalinya saya naik motor dari Wonosobo ke Dieng, sedangkan kunjungan yang pertama saya naik ELF dan yang kedua saya naik mobil pick up dari Alun-alun Wonosobo.

Perjalanan dari Wonosobo ke Dieng memakan waktu kurang lebih satu jam, saya sangat menikmati malam itu, walaupun udara dingin mulai menyapa tubuh ini tapi hujan bintang menyambut kedatanganku dan terkadang kabut Dieng tak lupa ikut menyapa saya. Malam itu entah kenapa saya merasa bahagia saat melihat hujan bintang di langit :) Selama perjalanan ke Dieng, Mba Melia banyak bercerita tentang Dieng dan juga pengalamannya melakukan perjalanan ke berbagai tempat. Pada saat kami melewati jalan yang kata mba Melia jalan itu dinamakan Jalur 15% karena di jalur itu banyak kendaraan yang melintas sering mogok, mungkin karena jalurnya mulai terjal kali ya dan motor mba Melia pun mulai lambat ketika melewati jalur itu, dan saat itu juga ada motor yang berhenti mungkin karena sudah tidak kuat untuk diajak melaju. "Keren juga motorku masih kuat" sahut mba Melia sambil ketawa. Melakukan perjalanan dengan mba Melia sangat seru dan asyik :)

Akhirnya kami pun sampai di homestay dan di sana sudah ada bang Mogel dan teman-teman yang lain yang sudah dari hari Sabtu pagi tiba di Dieng. Saya dan ibi langsung menuju kamar untuk beristirahat sejenak menghilangkan rasa lelah. Setelah cukup beristirahat kami keluar kamar untuk bergabung dengan teman-teman yang lain. Hari semakin malam dan rasa kantuk mulai kami rasakan, satu persatu dari kami  undur diri untuk beranjak tidur karena besok jam 3 dini hari kami harus sudah bangun menuju Pakuwaja.

Jam 02.30 saya dan ibi sudah bangun dan menyiapkan perlengkapan untuk tracking ke Pakuwaja, yang awalnya jam 03.00 kami harus sudah berangkat tapi seperti biasa pasti ada hal yang membuat ngaretnya waktu. Jam 03.30 akhirnya kami baru berangkat. 

Sebelum kami tracking, kami berdo'a terlebih dahulu yang dipimpin oleh bang Mogel, setelah itu kami memulai tracking yang diawali dari perkebunan kentang milik penduduk. Jalur yang sempit membuat saya dan teman-teman yang lain harus berjalan satu-satu. Bang Mogel dengan sigap berjalan di depan sebagai penunjuk jalan dan mba Melia berjalan paling belakang sebagai sweeper. Kami berjalan dengan pelan dan belum bisa menikmati pemandangan yang kami lewati karena hari masih gelap. Saat kami berjalan perlahan-lahan, tiba-tiba kami dikejutkan oleh kejadian yang tidak akan pernah kami bayangkan sebelumnya. Kejadian itu membuat ibi menemukan "Romantic Spot" begitulah ibi menamakannya, tempat yang gelap gulita yang dihiasi banyaknya cahaya seperti lampu berkelap kelip. Kejadian ini adalah pengalaman yang menjadi pelajaran hidup bagi kita di alam.

Setelah cukup untuk beristirahat, kami pun melanjutkan perjalanan lagi. Di akhir perkebunan kentang saya berhenti sejenak untuk menunaikan ibadah sholat subuh, setelah itu kami mulai meninggalkan area peekebunan kentang dan memasuki area ilalang yang sangat rimbun. Sang Surya mulai menampakkan sinarnya, saya dan teman-teman yang lain mempercepat langkah kami untuk mencapai puncak Pakuwaja yang memiliki ketinggian 2.413 mdpl. 



Alhamdulillah kami sampai di puncak tapi sayang kami hanya kebagian sisa-sisa dari sunrise, tapi kami tidak kecewa karena kami masih dapat melihat moment yang membuat mata tak akan mau berkedip sedikitpun. Saya dan yang lainnya mulai bernarsis dengan kamera yang kami bawa sendiri maupun dengan kamera yang di bawa bang Mogel dan mba Melia. Seru juga ada fotografer yang handal, jadikan lumayan bisa jadi model Pakuwaja :)

Sungguh moment yang tidak dapat dirasakan pada saat kita berada di datar yaitu sarapan di atas puncak walaupun hanya dengan sebuah roti dan kopi teh, tapi nilai sarapan itu sangat begitu mahal karena  menikmatinya di atas puncak dengan lukisan alam yang tidak dapat diucapkan dengan kata-kata. Jadi inget kata-kata sahabat saya yang sangat suka menikmati alam dari atas puncak "Tidak perlu makanan enak atau kopi mahal, yang penting bisa ngopi dan makan ditemanin sunrise, itu udah cukup"


Selesai sarapan kami segera menuju tempat yang terdapat sebuah batu yang menjulang tinggi dari permukaan gunung dan orang Dieng mempercayai bahwa batu tersebut sebagai pakunya pulau Jawa, dari hal itulah sebagai asal muasal dinamakannya Gunung Pakuwaja. Di sebelah kanan dan kiri batu tersebut ada telaga yang sudah mengering dan sekarang telaga itu sudah penuh dengan ilalang, dan konon air dari telaga tersebut berpindah mengalir ke bawah yaitu mengalir ke Telaga Cebong. Selain itu batu tersebut juga sering dijadikan sebagai tempat untuk ritual atau semedi, dan hal yang menarik lainnya adalah candi-candi yang berada di Dieng dibangun dengan menggunakan batuan Andesit yang berasal dari Gunung Pakuwaja.


Sinar matahari sudah semakin terang, kami memutuskan untuk segera turun, dan seperti biasa kalau tracking turun pasti lebih cepat daripada nanjak dan ini adalah hukum alam yang tidak dapat dipungkiri :) Saat adzan Dzuhur berkumandang kami tiba di homestay. Saya pun langsung packing, karena bis ke Jakarta berangkat jam 16.00. 


Jam 14.00 saya pamit ke ibi, bang Mogel dan teman-temannya yang lain, saya ke Wonosobo diantar sama mba Melia karena ibi dan teman-teman yang lain bisnya berangkat jam 18.00 jadi mereka masih beristirahat di homestay. Sampai di Wonosobo saya dan mba Melia mampir ke rumah makan mie ongklok, kuliner ciri khas Wonosobo dan Dieng. Mie Ongklok adalah makanan yang terbuat dari mie yang diramu dengan sayuran kol dan potongan daun kucai setelah itu disiram dengan kuah dan bumbu kacang serta bawang goreng, yang membuat mie ongklok terasa lebih segar karena ada campuran ebi di dalamnya, dan akan terasa lebih nikmat lagi apabila kita menyantapnya ditemani dengan sate, tempe kemul, geblek goreng dan segelas es teh manis atau es jeruk, rasanya makyus seperti kata Pak Bondan.


Setelah kenyang, saya dan mba Melia pun berebutan untuk membayar, karena saya mengeluarkan uang dalam pecahan Rp. 100.000,- akhirnya ibu penjual lebih memilih mengambil uang mba Melia yang pecahan Rp.50.000, kata mba Melia "traktiran untuk perkenalan". "Terima kasih ya mba udah ditraktir" jawabku sambil tersenyum. Setelah dihitung dua porsi mie ongklok dengan dua porsi sate yang satu porsinya berisi sepuluh tusuk sate dan masing-masing dari kami mengambil satu tempe kemul dan satu air jeruk dan es teh manis semuanya hanya Rp. 41.000,- sangat murah sekali.

Kami segera menuju Terminal Mendolo, terminal yang sangat rapi dan bersih yang berada di Mendolo Wonosobo. Saya segera menuju agen Bis Pahala Kencana yang posisi dekat dengan pintu keluar terminal. Setelah membayar tiket, saya menemani mba Melia ke agen Budiman untuk memesan tiket ibi. Tepat jam 16.00 saya segera menaiki bis Pahala Kencana jurusan Kampung Rambutan dan perjalanan kali ini berakhir saat bis mulai meninggalkan Terminal Mendolo.

Jumat, 24 Oktober 2014

Muhun Vs Nuhun..

Pagi itu saya menunggu bisa antar kota jurusan Garut di Terminal Kp. Rambutan..Setelah 15 menit menunggu akhirnya ada bis jurusan Singaparna lewat, pas saya lihat papan namanya ada tulisan Garutnya.. saya pun memutuskan naik bis itu.

Lalu saya menemukan tempat duduk yang kosong di kursi yang dua seat.. karena bisnya masih ngetem, saya mengeluarkan hp dan mulai autis dengan gadget saya.. Keautisan saya mulai terganggu karena ibu2 sebelah saya menerima telepon.. sebenarnya saya awalnya biasa az pas ibu itu menerima telepon yang sepertinya dari saudaranya karena lumayan kedengaran suara dari seberang telepon ibu itu, mungkin speaker ibu itu volumenya ditingkatkan.. yang membuat saya mulai terusik keasyikan saya dengan gadget adalah mendengar ibu itu beberapa kali bilang muhun.. Pada saat itu saya belum tahu kalo kata “Nuhun dan Muhun” itu berbeda.. :D

Bukan bermaksud menguping ya.. :D tp karena rasa penasaran saya, akhirnya saya pun mencuri2 dengar pembicaraan ibu itu dengan saudaranya..dan klo saya dengar ibu itu diberitahu oleh saudaranya nanti turun dimana dan lanjut naik angkutan apa setelah turun dari bis Singaparna nanti.. dan tetap berkali2 ibu itu selalu bilang Muhun.. Muhun dan Muhun.. Dalam hati saya berpikir, “Ini kenapa si ibu selalu bilang terima kasih.. terima kasih dan terima kasih.. harusnya kan bilang "iya" setiap dikasih tahu saudaranya.. Aneh”

Sampai saya turun di Sukadana, saya masih belum menemukan jawaban atas pertanyaan saya kenapa si ibu selalu bilang muhun.. Niatnya mau tanya ke Ibi, tapi pas ketemu ibi malah lupa karena udah keasyikan muter2 kota Sukadana..

Setelah beberapa lama beberapa bulan, akhirnya baru keingatan lagi kejadian muhun dan biar ga lupa lagi langsung tanya ke ibi.. dan kata ibi muhun itu artinya iya dan nuhun terima kasih.. pas tahu artinya langsung ketawa dan ternyata saya yg sok tahu.. :P

Punya teman orang2 sunda tapi malah ga pernah memperhatikan mereka bicara.. Abiz lier sih sama bahasa sunda.. intinya mah skrg jangan sok tahu ya wie.. hehe

Ini Ceritaku dalam beragam budaya dan bahasa.. :)

Kamis, 23 Oktober 2014

Kemanakah Sikunirku yang Dulu..??

Bbrrr.. Saat pintu Elf terbuka udara dingin mulai mengusik kehangatan tubuh saya dan teman2 yang lain.. saya pun langsung memakai sarung tangan dan tak lupa memasang masker karena angin kencang menerbangkan debu-debu yang merasa bebas terbang kemanapun mereka inginkan ataukah karena mereka pasrah akan kekuatan sang angin yang tak dapat ditolak..

Ya.. pagi itu tepatnya jam 4 subuh, saya tiba di Desa Sembungan yaitu desa tertinggi di pulau Jawa tepatnya di daerah Dataran Tinggi Dieng Wonosobo.. Walaupun ini yang keempat kalinya saya mengunjungi Dieng tapi ini adalah kedua kalinya saya menginjakan kaki saya di Desa Sembungan.. Setelah dua tahun berlalu ternyata begitu cepat perubahan di Desa Sembungan, yang kurasakan saat ini tak ada lagi keheningan di jalan menuju Bukit Sikunir.. Justru yang kulihat adalah gambaran dari suasana Penanjakan 1 di Bromo yang lebih terasa, karena sekarang di Desa Sembungan sudah banyak jasa ojek yang siap mengantar para pengunjung untuk menuju Bukit Sikunir, sama persis dengan Penanjakan 1 yang juga banyak jasa ojek berlalu lalang.. begitu banyak jasa ojek yang berseliweran bergantian menawarkan jasa mereka membuat debu-debu semakin tebal dan membuat sesak nafas..

Sebelum menuju Bukit Sikunir yang terkenal dengan Golden Sunrisenya, saya memutuskan untuk menunaikan ibadah sholat subuh terlebih dahulu di masjid yang saya lewatin..setelah itu saya lebih memilih jalan kaki untuk sampai ke kaki Bukit Sikunir karena ingin lebih merasakan sensasi udara dingin Desa Sembungan.. saya berjalan perlahan-lahan sambil berbincang-bincang dengan Pak Ari guide kami,sungguh luar biasa pengalaman yang diceritakan Pak Ari kepada saya.. Sudah begitu banyak gunung yang beliau daki dan tidak ada kesombongan yang saya lihat dari Pak Ari tapi justru kerendahan hatilah yang terpancar dari wajah dan gaya bicara beliau.. Sayapun suatu saat nanti ingin mendaki bersama Pak Ari dan beliau pun berjanji akan mengajak saya untuk mendaki bersama.. yeahh senangnya.. :)

Tanpa terasa saya dan Pak Ari akhirnya tiba di kaki Bukit Sikunir.. karena teman-teman yang lain sudah tracking ke puncak, tanpa istirahat saya pun langsung tracking menuju puncak Sikunir karena sebentar lagi sang Surya akan memancarkan keindahannya dalam balutan keemasan yang menawan..Sampai di puncak saya tetap belum menemukan teman-teman yang lain dan saya pun terpisah dari Pak Ari karena begitu banyak pengunjung yang ingin menikmati keindahan Golden Sunrise, saya katakan mereka pengunjung karena mereka hanya ingin sekedar berburu sunrise dan hampir dari mereka tidak memperhatikan yang namanya kebersihan alam.. mereka begitu mudahnya membuang sampah.. sungguh bikin gregetan hati tapi apalah daya diri tak mampu untuk berbuat apapun karena jumlah mereka begitu banyak dan disini saya sendiri.. hikz hikz..

Kegelisahan hati yang melihat sampah begitu banyak sejenak terobati saat sang Surya mulai menampakkan diri dan saya pun terpesona oleh keindahan ciptaanMu Ya Allah.. Apalah arti diri ini yang begitu kecil dan hina dihadapanMu.. Golden Sunrise memancarkan keindahannya dan tak lupa saya pun mengabadikan moment yang indah itu.. Setelah moment itu sedikit demi sedikit mulai menghilang, saya kembali dihadapkan pada kenyataan bahwa memang Sikunirku dua tahun yang lalu telah hilang.. Semua telah berubah, hanya Golden Sunrise saja yang tidak akan pernah berubah.. 

Golden Sunrise Sikunir Hill

Begitu banyak pedagang di puncak dan pengunjung yang tidak memperhatikan etika dalam bercengkrama dengan alam.. hati ini hanya bisa mendesah semoga mereka semua bisa memahami apa arti dari menjaga alam.. Keterkejutanku tak hanya sampai di sini, saat melihat Telaga Cebong tak lagi kulihat hamparan rumput yang hijau di pinggir telaga.. yang dua tahun lalu saya dan teman-teman masih bercanda dan berfoto serta duduk-duduk di rumput itu.. sekarang yang saya lihat adalah banyaknya bangunan yang berdiri di atas lahan itu dan pastinya tak ada lagi rumput yang menghiasi telaga..
Telaga Cebong - Hamparan rumput itu sudah menjadi bangunan dan lahan parkir

Walaupun kau banyak berubah tapi kau tetap tersimpan manis di memoriku Sikunirku.. Golden Sunrisemu yang memancarkan keindahan akan selalu membuatku terpesona..Semoga mereka yang ingin melihat keindahanmu akan mengerti arti pentingnya alam sehingga mereka akan lebih menghargaimu dan alam-alam yang lainnya.. 
Bersama teman-teman istimewaku

Saya pun perlahan meninggalkan Bukit Sikunir dan suatu saat nanti saya akan kembali lagi ke puncak Sikunir dan saya berharap Sikunir akan lebih indah dari yang kulihat hari ini dan dari dua tahun yang lalu.. :)

Senin, 20 Oktober 2014

#14cm - Lost in Malang

Film #14cm yang akan segera tayang.. :)
Taken from Sabar Derico Nainggolan

Aq mencoba mereview kembali foto2 album dari perjalananku selama 4 tahun belakangan ini.. Saat kembali melihat foto2 itu terkadang membuat aq tersenyum bahkan tertawa.. karena terlintas kembali cerita2 dari setiap perjalanan yg selalu tersimpan rapi di memoryku dan ga akan pernah terlupakan.. 
 
Perjalanan ini yg membuat aq bisa melihat keindahan alam ciptaanNya, mengenal berbagai macam budaya dan karakter orang dari berbagai daerah.. dan yg pasti dari perjalanan ini aq mengenal artinya kebersamaan dan persaudaraan dari sahabat2ku yg menemaniku..

Tapi saat ini aq tidak akan menceritakan seluruh perjalananku selama 4 tahun ini.. karena terlalu panjang dan terlalu banyak untuk diceritakan yg episodenya bisa mengalahkan sinetron.. :D Semua perjalananku begitu berkesan, tp ada dua perjalanan yg benar2 membuat aq speechless karena semua rasa menjadi satu.. rasa bahagia.. tawa.. canda.. sedih.. cape bahkan mungkin kesal.. dan hal ini ga pernah terpikirkan sebelumnya klo aq dan sahabat2ku akan mengalami hal ini... :)

Perjalanan pertama yg membuat aq speechless adalah perjalanan ke Malang dengan destinasi Bromo, Selecta, BNS dan Coban Rondo.. Bersama ke 13 sahabatku kami berangkat ke Malang menggunakan kereta Matarmaja dari Stasiun Pasar Senen.. Awal keberangkatan az sudah membuat kami dag dig dug, karena salah satu dari kami Rico belum sampai juga di stasiun sedangkan kereta 5 menit lg akan berangkat.. semua panik apalagi bu Rani yg bolak balik menelpon Rico yg masih terjebak macet.. akhirnya keputusan diambil klo Rico telat maka ditinggal.. sambil menunggu antara kereta dan Rico, kami selalu berdo'a semoga kereta delay.. dan Alhamdulillah do'a kami diijabah dan keretanya delay.. pada saat Rico datang kami pun langsung buru2 menaiki gerbong kereta.. kami pun duduk manis sambil bercanda ria menikmati perjalanan menuju Malang..


Sesampai di Malang, kami pun langsung on the way ke Selecta dan Coban Rondo.. sorenya kami mampir ke Masjid Agung Malang untuk bersih2 dan melepaskan lelah.. setelah kulineran di Alun2 Batu Malang kami pun langsung capcus menuju BNS dan tengah malam kami otw ke Bromo untuk melihat keindahan Sunrise di Penanjakan 1.. (jgn ditanya kami menginap dimana karena kami memang tidak planning untuk menginap coz semua waktu qt manfaatkan sampai tidurpun kami lakukan selama perjalanan dari satu tempat ke tempat lain di ELF :p )

Pintu masuk coban rondo
Taman bunga Selecta
Bergaya dulu di BNS 
Finnally.. kami sampai juga di Penanjakan 1 dan langsung mencari posisi untuk mengabadikan sunrise.. setelah puas hunting, kami langsung menuju ke kawah Bromo.. di sinilah keegoan kami mulai di uji.. yg awalnya sudah booking 2 jeep, ternyata jeep yg satu rusak.. setelah menunggu jeep pengganti tak kunjung datang juga.. dan taraaaa apa yg terjadi yg datang bukan jeep tp mobil pick up.. :D mau ga mau dan terpaksa akhirnya kamipun naik mobil pick up.. kekecewaan kami pun akhirnya terlepas setelah melihat keindahan Bromo selama perjalanan menuju lingkungan Bromo..

 Keindahan Sunrise di Penanjakan 1 Bromo
View yang cantik dari TNBTS
Setelah kejadian mobil pick up, kesabaran kami di uji kembali.. kami meminta diantarkan ke bukit Teletubbies ke pak supir.. setelah sampai yg kami lihat hanyalah hamparan gundukan pasir.. mata kami berputar2 mencari bukit teletubbies yg hijau dan indah tp kami tidak menemukan hal itu.. berulang kali aq kucek2 mata tetap saja yg terlihat di depan hanya gundukan pasir..
kami pun protes ke pak supir.. "mana pak bukit teletubbiesnya",
kata pak supir "ini bukit teletubbiesnya" sambil menunjuk ke gundukan2 pasir yg membentang..
"ko ga hijau pak" protes kami lagi..
pak supir pun dengan santai menjawab "kan kemarau makanya ga hijau"
kami pun cuma bisa melongo terheran2 sambil bilang "hahhh"
diantara sahabatku yg paling kesel adalah aq karena seminggu sebelumnya temanku ada yg ke Bromo dan bukit teletubbiesnya masih hijau segar.. tp karena ga mau berdebat akhirnya menikmati sajalah apa yg ada..

 Tetap gaya walopun di Bukit Teletubbies KW.. :D
 
Setelah berfoto2 di bukit teletubbies KW, kami pun meminta diantar ke Pasir berbisik.. bukannya diantar ke Pasir Berbisik kami malah diantar ke Batu yg katanya berbentuk singa.. hadeuhh kami semua cuma bisa bilang sabar sabar.. kami pun mulai menuju batu itu untuk melihat dari segi mana terlihat singanya.. dari kami ke 14 orang tidak ada satupun dari kami yg melihat kalo batu itu berbentuk singa.. :D Sudahlah.. kami pun minta langsung diantar ke Kawah Bromo..


Nah dari sinilah semua itu berawal.. rasa kesal, marah, kecewa bercampur jadi satu setelah turun dari kawah.. Pak supir meninggalkan kami di kawah dan berjanji akan menjemput kami jam 10 padahal kami sudah meminta kepada pak supir untuk tetap menunggu.. tp katanya ada keperluan dan nanti dijemput ontime.. kami pun mengalah.. setelah puas menikmati keindahan kawah bromo dan sekitarnya, kami pun menuju parkiran tempat yg dijanjikan pak supir..

Sesampai di parkiran, mobil pick up kami belum ada.. kami pun menunggu sambil makan pecel dan bernarsis ria.. Setelah menunggu lama dan jam menunjukkan pukul 10, mobil kami belum tiba.. kami pun gelisah dan om shobie mulai menelpon berkali2.. Tak tik tuk jam terus berdetik menujuk ke angka 11.. satu persatu dari kami mulai emosi.. karena kereta kami berangkat jam 15.. dan kami takut terlambat.. 

Resah dan Gelisah menunggu mobil pickup kami.. 
Setelah om shobie telp supir Elf kami untuk mencarikan mobil pick up kami.. akhirnya mobil pick up itu datang jam 11.30 dan supirnya bukan bapak2 yg tadi.. yg awalny kami mau komplain akhirnya ga jadi.. kami pun langsung buru2 naik dan mobilpun melaju kencang untuk mengejar waktu.. dan kami sudah mendapat aba2 dari supir elf kami yg sudah menunggu untuk langsung naik klo sudah sampai.. setelah itu Elf kami pun melaju kencang seperti dalam film Fast and Furios dengan track meliuk2 yg bikin sport jantung..
 

Dugaan kami pun benar.. Malang macet total.. berusaha untuk mencari jalan alternatif tetap saja macet.. dan kami cuma bisa berdo'a semoga Allah memberikan keajaibannya kembali seperti pada saat kami berangkay yaitu kereta delay.. setelah menerobos kemacetan kami tiba di stasiun malang kota baru jam 15.05.. kata pak satpam kereta baru az berangkat, kami pun langsung lemas.. pak satpam pun memberitahukan kami untuk ke stasiun kota lama malang.. kami pun buru2 menuju ke stasiun kota lama malang.. dan itu pun terhadang kemacetan lagi.. lalu kami melihat kereta api matarmaja lewa.. Wassalam say2 goodbye.. kamipun pada akhirnya benar2 ketinggalan kereta.. :'(

Berusaha mencari alternatif kereta lain tp ternyata sudah habis.. kesepakatan bersama kami akhirnya naik bis dari Terminal Arjosari.. krn bis yg langsung menuju Jakarta sudah berangkat.. kami pun memesan bis jurusan Purwokerto baru dari Purwokerto lanjut Jakarta... Alhamdulillah bisnya nyaman dan selama perjalanan kami pun tertidur lelap.. Jam 9 pagi kami tiba di Purwokerto karena telat sampainya kami ketinggalan bis Sinar Jaya.. Akhirnya kami naik bis Pariwisata..

Terdampar di Terminal Arjosari Malang

Di bis ini kesabaran kami di uji kembali.. Bis yg kami pesan tidak sesuai dengan kenyataannya AC mati.. yg membuat kami dehidrasi dan pengap.. Ridwan pun maju ke pak supir untuk komplain.. karena dapat komplain dari penumpang.. bis berhenti di Bumiayu untuk service AC.. sambil menunggu kami ngemper di pinggir jalan.. walopun lelah dan kesal tp masih bisa bercanda dan ketawa.. :D Setelah selesai service bis pun jalan lagi.. tapi AC nya tetap az ga maksimal.. :(

Bis Pariwisata yang sedang diservice ACnya.
.
Ngemper di pinggir jalan Bumiayu 
Mb Mey layaknya mandor yang lagi ngawasin pekerja memperbaiki AC bis.. :P
 Segala hal yg tidak mengenakkan di perjalanan kami yg aq pikir dan bahkan sahabat2ku pikir sudah selesai di Bumiayu.. ternyata kami dihadapkan lagi oleh ujian itu.. MasyaAllah.. ban bis yang kami tumpangi pecah di Pantura.. Ada2 az.. ckckckck.. Berdo'a ini adalah hal yg terakhir bagi kami.. setelah selesai ganti ban.. bis pun jalan lagi.. dan kami sudah pesan ke kondektur bis untuk diberhentikan di Bekasi dan kondekturnya pun mengiyakan.. tp apa yg terjadi bis kami tidak berhenti di Bekasi tp tetap melaju sampai cakung.. dengan kesal mau ga mau kami turun di Cakung dan waktu menunjukkan pukul 1 pagi.. setelah dihitung2 ternyata perjalanan pulang untuk sampai Jakarta memakan waktu 30 jam.. :( kami pun berpisah menuju titik akhir tujuan kami yaitu rumah kami masing2..

Benar2 perjalanan yg diibaratkan seperti gado2 semua rasa bercampur menjadi satu.. tp dari perjalanan ini banyak hikmah yg kami dapatkan.. See u next trip guys.. :)

#14cm Lost in Malang.. :)

Talent #14cm.. :D
Taken From Rani Fauziah